Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Awal Suram Era Baru Lille OSC

18 Desember 2017   14:24 Diperbarui: 19 Desember 2017   04:26 1705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Footyheadlines.com

Pada awal musim 2017/2018, Lille memulai kompetisi Ligue 1 dengan penuh optimisme. Karena, ini adalah musim penuh pertama mereka, dibawah pimpinan Gerard Lopez (eks pemilik tim F1 Lotus), yang mengambil alih klub awal tahun 2017.

Selain berganti pemilik, Lille juga berbenah di jajaran direksi, The Great Dane merekrut Marc Ingla (eks Wakil Presiden FC Barcelona), yang ditugaskan sebagai wakil CEO klub. Selain itu, mereka juga merekrut Luis Campos, kepala pencarian bakat AS Monaco, yang meraih sukses besar musim lalu.

Di area teknis, Lille merekrut Marcelo Bielsa (eks pelatih timnas Argentina dan Chile), yang mulai bertugas Maret 2017. Tak ketinggalan, pada musim panas 2017, Lille merekrut Anouar El Ghazi (Ajax Amsterdam), dan Thiago Maia (Santos FC) dua pemain muda potensial asal Belanda dan Brasil. 

Secara khusus, transfer Maia (20) ke Lille tergolong mengejutkan. Karena, anggota timnas  Brasil, di Olimpiade 2016 ini, diminati Juventus, PSG, dan Chelsea sejak setahun terakhir. Tapi, Lille berhasil mendaratkan Maia, tanpa pernah diberitakan tertarik sebelumnya.

Semua pembenahan ini, membuat Lille makin optimis memulai musim baru. Jelas, "goal project" Lille kali ini, adalah bersaing di papan atas, sambil membangun tim kuat dalam jangka panjang. Optimisme itu makin terasa, saat mereka sukses mengalahkan FC Nantes 3-0, di pekan pembuka Ligue 1 musim 2017/2018. 

Kemenangan ini disambut optimis suporter Lille, yang terakhir kali menjuarai Ligue 1 musim 2010/2011, saat masih diperkuat trio Eden Hazard-Gervinho-Moussa Sow, dan dilatih Rudi Garcia. Karena Nantes diasuh pelatih sekaliber Claudio Ranieri (Italia), yang pada musim 2015/2016 silam, sukses menjuarai EPL bersama Leicester City.

Tapi, awalan meyakinkan ini, justru menjadi awal periode suram Lille. Karena, sembilan laga berikut mereka di Ligue 1, dilalui tanpa kemenangan (3 kali imbang dan 6 kekalahan). 

Di sini, tampak jelas bahwa tuntutan taktik (plus profil tinggi) pelatih, dan materi pemain yang ada sangat tidak sinkron, dan belum mampu memenuhi ekspektasi manajemen. Akibatnya, Lille terdampar di papan bawah klasemen sementara Ligue 1.

Sialnya lagi, Marcelo Bielsa sempat diskors klub, akibat melakukan perjalanan ke Chile, pada November 2017 silam, tanpa seizin pihak klub. Performa mereka baru membaik, di 8 pekan berikutnya, dengan mencetak 4 kemenangan dan 4 kekalahan.  

Sayangnya, perbaikan performa ini dianggap sudah terlambat oleh manajemen Lille. Karena, Bielsa dianggap gagal memenuhi target awal, yakni posisi papan atas Ligue 1. Alhasil, pada Sabtu (16/12) silam, Bielsa pun dipecat.

Tapi, situasi Lille saat ini masih rumit. Mengingat pada 13 Desember 2017 silam, Lille dijatuhi sanksi larangan transfer selama 1 periode (Januari 2018), oleh operator Ligue 1, akibat neraca keuangan yang bermasalah. Praktis, Lille hanya bisa berharap, mereka bisa segera mendapat figur pelatih tetap, yang mampu mengangkat performa klub, dalam keadaan serba terbatas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun