Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Itulah ungkapan yang kiranya pas, untuk menggambarkan bagaimana  perjalanan kiprah Edgardo Bauza (58) sepanjang tahun 2017 ini. Tahun ini, benar-benar terasa getir baginya. Karena, ia menjalani karirnya, dari timnas ke timnas. Tapi, semuanya berakhir dengan pemecatan.
Perjalanan pelatih berpengalaman asal Argentina ini, dimulai pada bulan Agustus 2016. Kala itu, ia ditunjuk AFA (PSSI-nya Argentina), untuk menggantikan Gerardo "Tata" Martino, yang mundur usai Copa America Centenario tahun 2016. Prestasinya saat membawa LDU Quito (Ekuador, 2008), dan San Lorenzo (Argentina, 2014) meraih gelar juara Copa Libertadores (Liga Champions-nya Amerika Selatan), sebagai tim nonunggulan, dengan materi tim pas-pasan, menjadi pertimbangan utama.
Saat awal bertugas di Tim Tango, Bauza langsung dibebani misi sulit. Dimana, ia harus bisa membujuk pemain kunci macam Lionel Messi, dan Javier Mascherano, untuk membatalkan (atau minimal menunda untuk sementara) keputusan pensiun mereka. Maklum, akibat kekalahan Argentina atas Chile, di final Copa America Centenario 2016, sejumlah pemain timnas Argentina berencana mundur dari timnas. Tiga kali lolos ke final, dalam 3 tahun beruntun, tapi selalu kalah, memang tak mengenakkan.
Sekilas, misi ini terlihat sulit. Tapi, berkat pendekatan personalnya yang oke, pelatih berjuluk El Paton (Si Kaki Besar) ini sukses menuntaskan  misinya. Pada prosesnya, ia bahkan sempat datang langsung ke Barcelona, untuk menemui Lionel Messi, dan Javier Mascherano, kapten, dan wakil kapten timnas Argentina. Sehingga, keduanya batal pensiun. Alhasil, keutuhan dan kekuatan Tim Tango tetap terjaga. Bauza pun bisa lebih leluasa, dalam menyusun taktik.
Sayangnya, taktik Bauza yang sangat pragmatis, dengan menjadikan Messi sebagai pusat permainan timnas Argentina, justru merugikan. Karena, Tim Tango menjadi terlalu Messi sentris. Akibatnya, saat La Pulga absen, performa timnas Argentina anjlok, dan menuai sejumlah hasil buruk di Pra Piala Dunia 2018 Zona Amerika Selatan, termasuk kalah 0-1 dari Paraguay, dan 0-2 dari Bolivia. Kekalahan dari tuan rumah Bolivia inilah, yang membuat Bauza dipecat pada bulan April 2017 silam.Â
Posisinya lalu digantikan oleh Jorge Sampaoli, pelatih asal Argentina lainnya, yang menganut filosofi sepak bola menyerang. Di bawah arahan Sampaoli inilah, Tim Tango akhirnya mampu lolos ke Rusia, setelah mengalahkan Ekuador 3-1 di laga terakhir kualifikasi, berkat torehan trigol Lionel Messi. Bersama Tim Tango, Bauza mencatat total 3 kemenangan, 2 kali imbang, dan 3 kekalahan.
Selepas melatih Tim Tango, pada 12 Mei 2017, Bauza ditunjuk menjadi pelatih timnas Uni Emirat Arab. Kebetulan, tim dari kawasan Timur Tengah ini, memang sedang mencari pelatih baru, agar dapat menjaga peluang mereka lolos ke Rusia. Maklum, mereka sedang bertarung di babak akhir Pra Piala Dunia 2018 Zona Asia Grup B, melawan Jepang, Arab Saudi, dan Australia, tiga raksasa Asia.
Sayang, meski sempat mengalahkan timnas Arab Saudi 2-1, Uni Emirat Arab tetap gagal lolos ke Rusia. Karena Al-Abyad (Si Kaos Putih), kalah bersaing dengan Jepang, Arab Saudi, dan Australia. Akibatnya, pada 13 September 2017, Bauza dipecat. Kali ini, peluangnya untuk tampil di Rusia, tampak benar-benar akan tertutup. Bersama timnas Uni Emirat Arab, Bauza mencatat total 2 kemenangan, 1 hasil imbang, dan 1 kekalahan.
Tapi, diluar dugaan, sehari setelahnya, Bauza ditunjuk SAFF (PSSI-nya Arab Saudi), menggantikan Bert Van Marwijk (Belanda), yang memutuskan tak memperpanjang kontrak, setelah sukses meloloskan Arab Saudi ke Rusia. Penyebabnya, Van Marwijk keberatan, dengan keputusan SAFF, yang memecat staf-staf pelatihnya (termasuk Mark Van Bommel) secara sepihak. Selain itu, Van Marwijk juga keberatan, atas intervensi SAFF dalam hal teknis.
Meski sekilas terkesan mendadak, penunjukan Bauza sendiri bukan tanpa alasan. Selain berprestasi, dan cerdas secara taktik, Bauza mempunyai pengalaman melatih di Timur Tengah. Sebelum melatih timnas Uni Emirat Arab, pada tahun 2009, ia sempat melatih klub Al-Nassr (Arab Saudi). Nilai plus inilah, yang membuatnya langsung direkrut. Apalagi, Piala Dunia 2018 hanya berjarak kurang dari setahun lagi.
Sekilas, semua terlihat 'akan indah pada waktunya' bagi Bauza. Tapi, tak dinyana, pada Rabu (22/11) silam, SAFF memecatnya. Penyebabnya, di bawah arahan Bauza, Arab Saudi memang mampu mengalahkan Latvia (2-0) dan Jamaika (5-2). Tapi, mereka takluk dari Ghana (3-0), Portugal (3-0) dan Bulgaria (1-0). Kelima laga ini, adalah laga uji coba. Alhasil, Bauza benar-benar batal tampil di Rusia, dan SAFF pun harus kembali mencari pelatih timnas baru.