Terdegradasi dari Liga 1 di pekan terakhir tapi masih 'nawar', supaya tak terdegradasi. Itulah yang dilakukan PT Kabau Sirah, badan hukum yang menaungi klub Semen Padang, melalui CEO-nya, Iskandar Z. Lubis, kepada PT LIB, seperti dilansir laman goal.com, Selasa (14/11) lalu. Guna 'menyelamatkan' Kabau Sirah dari turun kasta, manajemen Semen Padang mengajukan usul ke PT LIB, selaku operator kompetisi, untuk merombak ulang format kompetisi Liga 1, dari yang sebelumnya berformat gabungan, dengan 18 tim peserta, menjadi berformat 2 wilayah, dengan 24 tim peserta. Pertimbangan lainnya, adalah untuk mengurangi beban operasional klub, untuk pertandingan tandang jarak jauh.
Seperti diketahui bersama, Semen Padang menjadi tim terakhir yang dipastikan turun kasta dari Liga 1 2017, menyusul jejak Persegres Gresik United, dan Persiba Balikpapan. Kepastian ini didapat, setelah mereka finis di posisi 16 klasemen akhir dengan nilai 35. Nilai akhir mereka kalah 2 poin dari Perseru Serui (37), yang finis di posisi ke 15, batas akhir zona aman.
Sekilas, cara 'nego' manajemen Semen Padang ini cukup kreatif, dan masuk akal. Terutama jika memperhatikan topografi wilayah Indonesia yang luas, dan berpulau-pulau. Tapi, tanpa mengurangi rasa hormat sama sekali pada tim Semen Padang, cara 'nego' mereka ini adalah cara yang egois, tak mendidik, dan tak sportif. Karena, Semen Padang tidak 'legowo', terhadap hasil akhir yang mereka raih di Liga 1 2017.
Selain itu, upaya 'nego' yang dilakukan manajemen Semen Padang ini adalah sebuah contoh yang sangat tidak mendidik. Terutama, jika ternyata PT LIB mengabulkan permohonan Semen Padang. Karena, di masa depan, klub yang terdegradasi bisa jadi akan melakukan hal serupa. Akan menjadi sebuah kemunduran besar, jika ini benar-benar terjadi. Nantinya, klub yang tampil sangat buruk di liga pun, bisa tetap selamat dari degradasi. Karena, semua bisa dinegosiasikan.
Soal usulan adanya format kompetisi 2 wilayah di Liga 1, usul ini sungguh sangat-sangat absurd. Karena, untuk saat ini, pada format kompetisi gabungan saja, PT LIB terbukti masih kewalahan mengelolanya, dan panen masalah. Padahal, di sini PT LIB hanya perlu fokus pada satu objek. Jelas, jika format kompetisinya dua wilayah, situasi akan lebih rumit. Karena, fokus PT LIB akan terbagi, tak lagi utuh. Alhasil, kita tak perlu kaget, jika nantinya pengelolaan kompetisi  berformat 2 wilayah akan lebih kacau dibanding sekarang.
Daripada sibuk melakukan upaya 'nego', dengan mengajukan usul yang aneh-aneh ke PT LIB, seharusnya manajemen Semen Padang melakukan evaluasi kinerja secara menyeluruh, terkait performa tim selama ini. Karena, salah satu faktor kunci, penyebab mereka terdegradasi, adalah performa mereka di lapangan. Dari sinilah, mereka bisa mempersiapkan diri, untuk menyambut kompetisi musim depan. Terutama, jika mereka ingin segera kembali tampil di Liga 1. Karena, sepak bola bukan hanya sebuah tontonan, yang hanya menyajikan hasil akhir (menang/imbang/kalah). Sepak bola (seharusnya) juga sebuah tuntunan, yang mampu memberi teladan nyata kepada masyarakat luas, lewat sikap sportif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H