Di era internet seperti sekarang, banyak cara yang bisa digunakan untuk berekspresi. Dari sekian banyak pilihan cara itu, membuat 'meme' adalah salah satu cara populer. Karena, 'meme' tak serumit artikel. Selain itu, 'meme' juga mampu menghibur sambil mengkritik. Dengan masih rendahnya angka minat baca masyarakat di negeri ini, meme menjadi media alternatif, untuk beropini lewat humor.
Meme sendiri, berasal dari foto-foto unik tokoh, objek tertentu (misal hewan), atau kejadian tertentu. Salah satu tokoh dunia, yang memenya mendunia, adalah Yao Ming (37), eks pebasket klub Houston Rockets (NBA) asal Tiongkok, yang kini menjadi ketua federasi basket nasional di negara itu. Sebelumnya, pada tahun 2012, pria bertinggi badan 229 cm ini, sempat menjadi anggota legislatif di Shanghai, kota asalnya Berikut contoh memenya:
Meme 'wajah nyengir' Yao Ming ini, berasal dari hasil jepretan foto wartawan, di sela-sela konferensi pers jelang laga "play-off" NBA tahun 2009. Tak disangka, mimik muka unik Yao Ming ini viral, dan menjadi meme yang mendunia hingga kini. Malah, popularitas meme ini tak turun, meski Yao Ming sudah pensiun sebagai pebasket sejak tahun 2011 silam. Menariknya, meme ini menjadi salah satu ciri khas Yao Ming.
Di Indonesia, salah satu tokoh politik nasional, yang sempat menjadi meme populer, adalah (almarhum) Sutan Bhatoegana (SB), eks politisi Partai Demokrat, yang sempat menjadi anggota parlemen di Senayan. Mimik mukanya yang unik, dan gaya bicaranya yang khas, menjadikannya salah satu figur meme lokal populer di Indonesia. Hanya saja, meme ini sudah 'dipensiunkan', saat SB wafat karena sakit, pada tahun 2016 silam. Memang, pada kasus tertentu, figur meme seorang tokoh akan dipensiunkan, jika si tokoh itu meninggal dunia.
Di era kebebasan berpendapat seperti sekarang, tindakan SN ini cukup mengejutkan. Pertanyaannya, apakah Yao Ming dan SB (semasa hidup) juga bertindak seperti Setnov?
Ternyata tidak. Padahal, Yao Ming bisa saja mempolisikan para pembuat memenya, dengan alasan: mereka sudah 'mempermalukan' dirinya secara global. Pertanyaannya: berapa juta orang (di seluruh dunia), yang akan dipolisikan? Syukurlah, Yao Ming memilih tidak melakukannya. Karena, meme itu sudah terbukti sukses menghibur begitu banyak orang di seluruh dunia. Bahkan, Yao Ming dengan senang hati bersedia meng-endorse produk "t-shirt" bergambar meme wajah dirinya, dengan menampilkan ekspresi wajah sama persis, seperti pada gambar berikut:
Sementara itu, semasa hidup, seperti halnya Yao Ming, SB juga memilih tak mempolisikan pembuat meme dirinya. Malah, ia dengan cerdik memanfaatkannya, untuk membangun "image" dirinya yang jenaka. Bahkan, SB melengkapinya, dengan gemar memunculkan jargon jenaka, misalnya: "ngeri-ngeri sedap". Kejenakaan ini, lalu menjadi ciri khasnya yang paling diingat publik.
Bagaimanapun, meski tampak mengejutkan, dari perspektif budaya kita, tindakan Setnov ini sebetulnya masih bisa dimaklumi. Karena, tidak semua orang di negeri ini, bisa menerima dengan santai lawakan satir, "hard jokes", atau bahkan "dark jokes", yang cenderung keras, "to the point", dan kurang pas dengan nilai-nilai Budaya Timur yang kita anut. Seperti kita ketahui, gaya 'lawakan keras' berasal dari kultur masyarakat Barat. Memang, modernisasi sudah mulai mengaburkan batas perbedaan antarbudaya. Tapi, nyatanya perbedaan mendasar itu masih tetap ada. Inilah yang perlu disikapi bersama dengan hati-hati.
Kasus "meme Setnov" ini, menjadi "alarm peringatan" bagi kita, untuk lebih hati-hati dalam berekspresi lewat meme. Terutama, jika orang yang kita bercandai adalah orang dengan perasaan sangat halus atau sangat peka. Supaya, candaan itu tak menuai masalah lanjutan. Menariknya, kasus "meme Setnov" ini membuktikan; kadang, melawak atau menulis soal politik itu "ngeri-ngeri sedap".