Meraih Jouer Revelation Trophee  Turnamen Toulon di Prancis, dan menjadi Top Skorer Piala AFF U-18 di Myanmar bersama Timnas U-19. Itulah torehan Egy Maulana Vikri (17) di tahun 2017. Boleh dibilang, ini adalah masa "sweet seventeen" seorang Egy. Tak heran, tawaran merumput di Eropa pun datang menghampiri. Terkini, pemain didikan Diklat Ragunan asal Medan ini didekati Real Madrid, Getafe, dan Espanyol, klub-klub kontestan La Liga Spanyol.
Jika melihat posisi Egy saat ini, bisa dibilang, bola ada di kaki Egy. Dengan statusnya yang saat ini masih tanpa klub, ia bebas memilih klub tujuan. Di sinilah, Egy harus mampu mengambil keputusan secara tepat, jangan sampai salah pilih klub. Karena, jika sampai salah pilih, bisa berakibat fatal buat kariernya.
Pada usianya saat ini, yang penting bukan besar-kecilnya klub tujuan, tapi klub yang siap memberinya menit bermain sebanyak mungkin. Jelas, bagi seorang pemain muda, menit bermain ibarat asupan gizi, agar tumbuh kembangnya lancar. Jika menit bermain yang didapatnya cukup, kemampuannya akan meningkat. Tapi, jika ia kekurangan menit bermain, Â perkembangan karirnya akan terhambat. Bahkan, bukan tidak mungkin kemampuannya akan anjlok.
Untuk kasus jenis ini, kita tentu ingat, pada kasus Syamsir Alam. Seperti kita ketahui, saat bermain di level junior, Syamsir tampak menjanjikan. Tapi, saat memasuki level senior, ia gagal bersinar. Karena, meski lama bermain di luar negeri, menit bermain yang didapatnya terbatas, dan ia bermasalah dalam hal disipliner. Tentunya, kita sama-sama berharap, Egy tak menjadi Syamsir Alam berikutnya.
Selain itu, jika Egy benar-benar main di Eropa, jangan sampai media, dan publik menyorotinya secara berlebihan. Supaya, pemain kidal ini dapat fokus mengasah diri, dengan disiplin berlatih. Jika kemampuannya dapat berkembang dengan baik, ia akan menjadi seorang bintang seutuhnya. Imbasnya, kualitas timnas Indonesia pun akan meningkat.
Jika Egy akhirnya benar-benar main di Eropa, jangan sampai ia terlalu cepat merasa puas diri. Karirnya baru di awal, jalan masih sangat panjang. Sangat disayangkan, jika ia layu sebelum berkembang, hanya karena terlalu cepat merasa puas. Malah, Egy harus lebih kompetitif, dan terus berusaha menjadi contoh bagi para pemain muda Indonesia, yang ingin bermain di Eropa. Syukur-syukur, jika ia mampu bermain lama di Eropa, bukan sekadar numpang lewat lalu pulang ke Tanah Air. Karena, jika ia mampu sukses, maka jalan para pemain muda Indonesia lainnya, untuk menyusul bermain di Eropa akan makin terbuka.
Akankah Egy (benar-benar) bermain di Eropa?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H