Setelah mencatat awalan bagus di Piala AFF U-18, dengan mencetak 11 gol, dan 2 kemenangan dari 2 laga yang dijalani, Garuda Nusantara akhirnya dipaksa menelan kekalahan, setelah dihajar 3-0 oleh Vietnam. Tiga gol pasukan The Golden Stars dicetak Le Van Nam (2), dan Bui Hoang Viet Anh. Akibat kekalahan ini, timnas U-19 arahan Indra Sjafrie, harus menang setelak mungkin atas Brunei Darussalam di laga berikut, untuk mengamankan tiket lolos ke semifinal. Tapi, meski kalah telak melawan Vietnam, ada beberapa pelajaran, yang bisa dipetik Garuda Nusantara di laga ini.
Pertama, timnas U-19 (masih) lemah terhadap serangan balik cepat, dan bola-bola silang. Sebetulnya, kelemahan ini sudah tampak, saat timnas U-19 menghadapi tuan rumah Myanmar, Selasa (5/9) lalu. Dalam laga ini, meski menang 2-1, Myanmar sempat unggul lebih dulu, lewat gol hasil eksekusi umpan silang, yang berawal dari serangan balik cepat. Setelah sempat hilang, saat membantai Filipina 9-0, kelemahan ini justru kembali kambuh saat melawan Vietnam.
Terbukti, 2 dari 3 gol yang bersarang ke gawang Muhamad Aqil berawal dari situasi sepak pojok. Sementara satu gol lainnya, berasal dari umpan silang, yang dimulai dari skema serangan balik cepat. Kelemahan mendasar ini, harus segera diperbaiki. Terutama, jika timnas U-19 masih ingin meraih gelar juara. Karena, jika mampu lolos ke semifinal, ada Malaysia dan Thailand, yang berpotensi menjadi lawan. Kebetulan, kedua tim ini, sama-sama punya kelebihan, dalam hal serangan cepat, dan umpan silang..
Kedua, timnas belum terbiasa menghadapi lawan, yang bermain rapat, dan disiplin seperti Vietnam. Terbukti, mereka kesulitan mencetak peluang ke gawang Vietnam sepanjang laga. Kedisiplinan pemain Vietnam ini, memang coba diakali pemain kita, dengan memainkan bola di daerah pertahanan sendiri, untuk memancing pemain Vietnam keluar dari areanya.
Cara ini terbukti sukses. Tapi, kurangnya koordinasi antarpemain, plus cederanya kiper Muhammad Riyandi, justru membuat celah di pertahanan kita. Terbukti, para pemain Vietnam sukses mengeksploitasi kelemahan ini. Jika kelemahan ini tak segera diperbaiki, bukan tak mungkin Garuda Nusantara akan kembali jadi bulan-bulanan lawan, terutama jika lolos ke babak berikutnya.
Ketiga, buruknya konsentrasi di menit-menit akhir. Dalam laga ini, kelemahan itu terlihat jelas. Terbukti, ketiga gol Vietnam, lahir di menit akhir setiap babak. Terlepas dari kekagetan timnas, setelah cederanya Muhammad Riyandi, kurangnya konsentrasi pemain kita di menit-menit akhir, harus dibayar dengan kebobolan. Akibatnya, timnas U-19 pun tumbang di laga ini.
Kekalahan atas Vietnam ini, memang hasil yang buruk. Tapi, peluang timnas U-19, untuk lolos ke semifinal masih terbuka. Syaratnya, mereka harus fokus mengalahkan Brunei dengan skor setelak mungkin. Jika nantinya mereka lolos ke semifinal, jangan sampai penampilan seperti melawan Vietnam terulang. Supaya, Garuda Nusantara tak menuai kegagalan.
Ayo bangkit, Garuda Nusantara!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H