Pada Kamis (7/9) lalu, timnas U-19 tampil luar biasa di Myanmar, saa membantai timnas U-18 Filipina 9-0. Gol-gol Garuda Nusantara dicetak Egy Maulana Vikri (2 gol), Feby Eka Putra (3), M Iqbal (2), Rafly Nursalim (1) dan Resky F.Witriawan (1). Gol timnas U-19 bisa saja bertambah, andai penalti Asnawi Mangkualam tidak diblok kiper tim lawan. Di laga ini, taktik kombinasi umpan pendek, umpan terobosan, dan umpan panjang, benar-benar berpadu sempurna, dengan penyelesaian akhir, dan tempo permainan cepat, yang diperagakan timnas U-19.
Jika melihat jalannya laga, bisa dibilang laga ini sudah 'selesai' di akhir babak pertama. Tepatnya, saat tim asuhan Indra Sjafrie sudah unggul 5-0. Sinyal ini terlihat, dari ditariknya Egy Maulana, dan Asnawi Mangkualam, saat jeda babak pertama. Jelas, tim pelatih timnas U-19, sudah mulai mengalihkan fokusnya, ke laga melawan tim kuat Vietnam, Senin (11/9) mendatang. Sebuah perhitungan yang cermat. Apalagi, Egy sudah mengantongi satu kartu kuning di laga sebelumnya.
Selebihnya, kita melihat sebuah laga yang timpang; Filipina yang sudah jatuh mental, melawan Garuda Muda yang memburu gol sebanyak mungkin. Anjloknya mental Tim Azkals, terlihat jelas dari dikartu merahnya kiper mereka, yang saking kecewanya, meninggalkan lapangan dengan diiringi banjir bandang air mata. Praktis, pertanyaan penonton di babak kedua bukan lagi "siapa pemenang laga ini?", tapi, "berapa gol lagi yang bisa dicetak Garuda Nusantara?". Selebihnya, kita disuguhi sajian komentar nan komedikal, dari Valentino Simanjuntak, sang komentator, yang sukses membuat Saya terus tertawa sepanjang jalannya laga.
Jika disimpulkan, dengan bahasa khas sang komentator, maka, garis besar jalannya laga kedua timnas, di ajang Piala AFF U-18 ini, adalah sebagai berikut; Di laga melawan Filipina, timnas U-19 memang benar-benar menjadi raja tega, yang sukses memporak-porandakan hati, lambung, dan jantung lawan, lewat prahara penghancur rumah tangga, yang datang tanpa henti, dari sejumlah peluang 24 karat dari para pemain kita.
Secara taktik, kombinasi umpan membelah lautan (umpan panjang), yang sesekali dipadu dengan umpan gratifikasi (terobosan), dan umpan kepepet (pendek), mampu berkali-kali menembus hati, lambung, dan jantung pertahanan lawan. Dari segi penyelesaian akhir, sejumlah peluang, baik melalui tendangan LDR, maupun tendangan jarak dekat, mampu dikonversi menjadi gol.
Secara teknik, pemain timnas U-19 mampu melakukan gerakan 378 (gerak tipu), plus 362 (mencuri bola) dengan baik. Staminanya pun oke. Terbukti, para pemain kita mampu beberapa kali memperagakan aksi sprint antar kota antar propinsi, yang memaksa kiper lawan melakukan gerakan tahu diri, akibat prahara rumah tangga yang terus terjadi. Alhasil, Garuda Nusantara sukses berpesta gol ke gawang Filipina.
Well, sekilas, gaya penyampaian sang komentator terkesan berlebihan. Tapi, jika diperhatikan sekali lagi, sebenarnya itu sangat mewakili perasaan kita sebagai penonton. Mereka yang nonton bersama, pasti merasakannya. Begitu juga, mereka yang menonton sendirian. Setenang apapun penampilan luar mereka, saat laga berlangsung, hati mereka pasti berdebar-debar tak karuan.
Meski tampak tak biasa, gaya berkomentar unik ala Bung Valent ini, justru menampakkan kecerdasannya, dalam hal mengkorelasikan beberapa hal secara spontan. Alhasil, ketegangan penonton pun cair, bersama dengan datangnya tawa. Laga pun bisa lebih dinikmati dengan rileks.
Pada saat yang sama, gaya komentar unik Bung Valent, seolah kembali mengingatkan kita; sepak bola bukan sekadar pertarungan atau soal menang-kalah. Sepakbola adalah olahraga yang sangat menyenangkan, jika dimainkan dengan hati gembira. Seperti halnya kehidupan, yang jika dijalani dengan hati gembira, akan terasa sangat menyenangkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H