Sudilah kau temani diriku
Sudilah kau menjadi temanku
Sudilah kau menjadi
istriku
Sekilas, "Akad" terdengar 'sangat tidak Payung Teduh'. Tapi, lagu ini secara jelas menunjukkan, Payung Teduh mampu meramu lagu bernada sendu maupun "upbeat" dengan sama baiknya. Ibarat pesepakbola, Payung Teduh mempunyai dua kaki yang berkemampuan sama baiknya, dalam hal menembak, maupun mengumpan.
Hal ini seharusnya lumrah. Karena, seni (termasuk musik) itu tak mengenal batasan spesifik yang sempit. Seni adalah sarana berekspresi, dan bereksplorasi, dengan ruang kebebasan sangat luas, untuk menampilkan gaya, menurut pemikiran/selera masing-masing.
Meski 'melanggar pakem' Payung Teduh, lagu "Akad" ini terbukti disambut baik di masyarakat. Di Youtube saja, lagu ini sudah banyak di- cover. Padahal, lagu ini baru dua bulan dirilis. Jelas, lagu ini sudah mendapat tempat di hati masyarakat. Bagi mereka yang ingin melamar pasangan, lagu ini adalah amunisi tembak yang sangat kekinian, dan pastinya asli Indonesia.
Bagi Saya, yang (masih) jomblo sejak lahir, lagu "Akad" ini, adalah lagu kedua yang sukses membuat hati Saya bergetar hebat, setelah "You'll Never Walk Alone" (YNWA), 'lagu wajib' kesebelasan Liverpool FC. Bedanya, jika YNWA murni berperan sebagai lagu pembakar semangat, "Akad" adalah sebuah lagu yang berperan ganda; mengingatkan, sekaligus memotivasi.
Dari sinilah, Saya justru dapat berefleksi. Pernikahan bukan sekadar status di KTP, ajang adu cepat, urusan nafsu badani, ajang pamer kemesraan di media sosial, atau penanda berakhirnya masa lajang. Pernikahan adalah perjuangan menjaga ketulusan, kesetiaan, dan kejujuran sampai akhir. Pernikahan juga adalah soal tanggung jawab, kepada diri sendiri, pasangan, sesama, dan Tuhan. Tuhan hanya akan mengizinkan kita sampai ke level ini, jika kita memang sudah pantas mencapainya. Hal ini, tentunya adalah demi kebaikan kita, dan pasangan kita kelak. Di sini, kita hanya perlu terus berproses, agar menjadi pribadi yang makin baik. Supaya, ketika saatnya tiba, kita sudah benar-benar siap lahir batin.
Jadi, jika ternyata ada teman sebaya yang sudah menikah atau berkeluarga duluan, kita tak perlu berkecil hati. Tetaplah sabar, dan ikhlas. Setiap orang mempunyai jalan, dan gilirannya masing-masing. Karena, meski pada prosesnya penuh intrik, dan persaingan, kehidupan di dunia fana ini adalah sebuah perjalanan, menuju kehidupan selanjutnya, yang kekal dan abadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H