Jika bicara soal negara raksasa sepak bola benua Asia (AFC) masa kini, yang biasanya rutin disebut adalah Korea Selatan, Jepang, Australia (menjadi anggota AFC pasca Piala Dunia 2006), Arab Saudi, dan Iran.Â
Kelimanya memang sama-sama pernah juara Piala Asia, dan kerap tampil di Piala Dunia.Â
Prestasi ini, jelas tak lepas dari bagusnya kualitas kompetisi domestik, dan sistem pembinaan pemain mereka, yang sudah mampu mengekspor bintang lokal mereka ke Eropa. Misalnya, Shinji Kagawa (Jepang, Borussia Dortmund), dan Son Heung Min (Tottenham Hotspur, Inggris)
Jika melihat bagaimana performa negara-negara ini di tingkat benua, mereka tampak sangat superior. Saking hebatnya, bisa menahan imbang, atau bahkan kalah tipis saja sudah terasa membanggakan.Â
Situasi ini pernah dirasakan timnas Indonesia, saat kalah dari Arab Saudi (1-2), dan Korea Selstan (0-1), di ajang Piala Asia 2007. Kala itu, meski kalah tipis, Tim Garuda tetap banjir pujian.
Superioritas para raksasa Asia di level benua ini, membuat ajang Piala Asia terasa membosankan, minim kejutan. Kalaupun ada kejutan, jumlahnya tidak banyak.Â
Misalnya, kejutan timnas Irak, saat menjuarai Piala Asia 2007. Untuk level Piala Dunia pun, mayoritas masih berkutat pada para raksasa Asia. Diluar mereka, hanya ada Tiongkok (2002), Kuwait (1982), Irak (1986), Uni Emirat Arab (1990), Israel (1970, kini anggota UEFA).Â
Menariknya, sejarah mencatat, dari Asia-lah ada satu-satunya negara peserta yang ikut tampil di Piala Dunia, dengan status masih belum merdeka.Â
Negara itu adalah Hindia Belanda (kini Indonesia), yang tampil pada Piala Dunia edisi 1938 di Prancis, sebagai wakil Asia pertama di Piala Dunia. Wakil Asia pertama ini langsung tersingkir di babak awal, setelah kalah 0-6 dari Hongaria.
Tapi, di ajang Piala Dunia, superioritas para raksasa ini seolah lenyap. Mereka kerap kesulitan lolos dari babak awal Piala Dunia. Kalaupun ada yang lolos ke babak lanjutan (16 besar), jumlahnya bisa dihitung dengan jari sebelah tangan.Â