Dalam epos wayang Mahabharata, kita mengenal tokoh Dewi Srikandi, seorang wanita yang mahir dalam hal keprajuritan. Dalam pedalangan versi Jawa, Srikandi adalah murid, sekaligus istri Arjuna, si Pandawa nomor tiga. Dalam Perang Bharatayuda, Srikandi berada di pihak Pandawa, dan sukses mengalahkan Resi Bisma Dewabrata, panglima perang pihak Kurawa.
Dalam kehidupan masyarakat masa kini di Indonesia, Srikandi merupakan simbol kemandirian, dan ketangguhan wanita masa kini. Bersama RA Kartini, Srikandi juga menjadi simbol kesetaraan jender. Keduanya menjadi inspirasi bagi kaum wanita, untuk dapat berkontribusi bagi masyarakat, seperti halnya kaum pria.
Seiring dengan kemajuan zaman, pandangan masyarakat kita tentang kaum wanita pun ikut berubah. Wanita kini mulai dipandang punya hak setara dengan pria. Bahkan, mulai bermunculan figur wanita, yang mampu menempati posisi, yang sebelumnya identik dengan kaum pria.
Contoh terkini dari sosok "Srikandi Modern" ini, adalah Ratu Tisha Destria. Pada Jumat (7/7), wanita kelahiran 30 Desember 1985 ini, resmi terpilih, sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) PSSI. Tisha sendiri terpilih, setelah dinilai paling kompeten, dalam tes yang dilakukan PSSI. Pada prosesnya, ia sukses menyisihkan 30 orang kandidat, yang dijaring PSSI lewat seleksi terbuka. Dengan demikian, ia menjadi Sekjen wanita pertama di PSSI. Jabatan ini akan diembannya, hingga tahun 2020 mendatang.
Terpilihnya wanita berambut panjang ini sebagai Sekjen PSSI, mungkin akan membuat kita semua tercengang. Apalagi, sepakbola nasional masih identik dengan olahraga pria. Tapi, sebenarnya ini adalah sebuah keuntungan tersendiri. Karena, Ratu Tisha Destria mempunyai latar belakang pendidikan yang oke. Ia adalah lulusan FIFA Master (pendidikan manajemen olahraga FIFA, kira-kira setara S-2 di Indonesia), yang secara khusus mempelajari tata kelola sepak bola profesional.Â
Selain itu, ia juga pernah menjabat direktur bidang kompetisi, dan operasional PT Gelora Trisula Semesta (GTS, sekarang PT LIB) pada gelaran kompetisi Torabika Soccer Championship (TSC) 2016, yang tergolong cukup sukses. Di PT LIB, saat ini ia masih menjabat sebagai direktur bidang kompeisi, yang bertanggung jawab mengelola Liga 1 dan Liga 2. Tapi, berhubung ia 'naik kelas' menjadi Sekjen PSSI, jabatan ini akan dilepasnya, agar tak ada rangkap jabatan. Nilai plus lainnya adalah, Ratu Tisha Destria tidak (atau belum) terafiliasi dengan partai politik manapun.
Terpilihnya Ratu Tisha Destria sebagai Sekjen baru PSSI, menjadi sebuah gebrakan tersediri. Dengan latar belakang pendidikan, dan pengalamannya di sepak bola nasional, kita tentu berharap, kehadiran Sekjen baru ini dapat membawa dampak positif, bagi persepakbolaan nasional. Jika sukses, bukan tidak mungkin ia akan terpilih menjadi Ketua Umum PSSI wanita pertama sepanjang sejarah, saat tugasnya selesai tahun 2020 mendatang, atau saat berakhirnya periode kepengurusan PSSI saat ini.
Selamat bertugas Sang Srikandi Sepakbola Indonesia, semoga sukses.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H