Final idaman. Itulah wujud final Liga Champions Eropa musim ini. Skenario ini terwujud, berkat lolosnya Juventus (Italia) dan Real Madrid (Spanyol). El Real akan menjadi lawan Juventus, setelah lolos dari hadangan tuan rumah Atletico Madrid di Stadion Vicente Calderon, Kamis (11/5, dinihari WIB) ini. Meski kalah 2-1 di leg kedua, akibat gol Saul Niguez, dan Antoine Griezmann, yang hanya mampu dibalas Isco, Real tetap lolos ke final dengan skor agregat 4-2. Pada leg pertama, yang berlangsung sepekan sebelumnya di Bernabeu, El Real menang 3-0, berkat trigol Cristiano Ronaldo.
Sehari sebelumnya, Juventus memastikan lolos ke final, setelah menang 2-1 (agregat 4-1) atas AS Monaco di J Stadium (Turin). Kemenangan ini didapat, setelah gol Mario Mandzukic, dan Dani Alves, hanya mampu dibalas Kylian Mbappe. Pada leg pertama pekan lalu, Juventus sukses mengalahkan tuan rumah AS Monaco 2-0, berkat dwigol Gonzalo Higuain. Bertemunya Juve dan Real di final musim ini, menjadi yang pertama sejak musim 1997/1998. Kala itu, Real, yang diasuh Jupp Heynckes mampu mengalahkan Juve-nya Marcelo Lippi, berkat gol Pedja Mijatovic. Menariknya, dalam perjalanan menuju final saat itu, Juve juga menyingkirkan AS Monaco di semifinal, seperti musim ini.
Final kali ini, bernuansa reuni cukup kental. Bagi kedua tim, ini akan menjadi reuni final 1998. Selain itu, pada tim saat ini, terdapat sosok yang pernah memperkuat kedua tim. Di Juventus, ada sosok Sami Khedira, dan Gonzalo Higuain, yang pernah memperkuat El Real. Sedangkan, di kubu Real Madrid, ada sosok Zinedine Zidane (pernah memperkuat Juventus semasa bermain), dan Alvaro Morata, yang pada awal musim ini baru 'dipulangkan' Real dari Juventus.
Dari segi kekuatan, Real dan Juve adalah lawan yang seimbang. Duel ini mempertemukan tim tertajam, dan tim tertangguh di fase gugur Liga Champions musim ini. Sejauh ini, Real sudah mencetak 16 gol di fase gugur. Sedangkan Juve hanya kebobolan sekali. Tapi, lini serang Juve juga cukup bagus. Karena, mereka sudah mencetak 10 gol di fase gugur. Menariknya, mereka sukses membuat Barcelona tidak mencetak gol di fase gugur, untuk pertama kalinya sejak musim 2012/2013.
Laga final, yang akan dihelat 4 Juni (dinihari WIB), di Cardiff (Wales) ini, akan menjadi duel melawan kutukan bagi kedua tim. Bagi Real Madrid, ini menjadi duel melawan kutukan juara bertahan Liga Champions. Karena, sejak berganti nama menjadi Liga Champions, pada musim 1992/1993, belum pernah ada tim juara bertahan, yang mampu mempertahankan gelarnya. Selain itu, Real juga dihadapkan pada kesialan, saat melawan Juve. Setelah final 1998, jika bertemu Juve, mereka akrab dengan kesialan. Kesialan itu terjadi, pada semifinal musim 2002/2003 dan semifinal musim 2014/2015. Pada dua kesempatan ini, Real selalu kalah, masing-masing dengan agregat 4-3, dan 3-2.
Bagi Juve, ini akan menjadi duel melawan kutukan final Liga Champions, yang kerap mereka alami. Sejak terakhir kali juara Liga Champions, tepatnya pada edisi 1995/1996, Si Zebra mampu lolos ke final, dalam 4 kesempatan berbeda. Tepatnya, pada musim 1996/1997 (Vs Borussia Dortmund), 1997/1998 (Vs Real Madrid), 2002/2003 (Vs AC Milan), dan 2014/2015 (Vs Barcelona). Tapi, mereka selalu kalah di keempat final ini.
Meski Juventus digdaya di Serie A, mereka punya catatan cukup mengkhawatirkan di final Liga Champions; 6 kali kalah di 8 kesempatan. Catatan ini sama dengan raiihan Benfica (Portugal). Hanya saja, Benfica terakhir kali juara, pada musim 1961/1962, alias lebih dari setengah abad lalu. Final kesembilan, yang akan dijalani Juve ini, akan menjadi duel penentuan, apakah mereka mampu melepas cap "spesialis gagal di final Eropa" atau tidak. Selain itu, final kali ini, akan menjadi ajang pembuktian, apakah mereka mampu menularkan sukses di Italia ke level Eropa atau tidak.
Tim manakah, yang akan mematahkan kutukan, pada final Liga Champions musim ini?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H