Tiga kali kalah di tiga laga di Liga 1 2017. Itulah capaian Timo Scheunemann, saat menangani Persiba Balikpapan. Tiga kekalahan itu didapat, saat melawan Persija Jakarta (0-2), Perseru Serui (1-2), dan Arema FC. Akibatnya, pada Senin (1/5) lalu, pelatih asal Jerman ini mundur, sebagai bentuk pertanggungjawaban. . Untuk sementara, pos pelatih Persiba diisi oleh Haryadi (asisten pelatih), maksimal hingga 2 minggu ke depan, sampai sosok pelatih baru datang. Kandidat kuat, untuk posisi ini adalah Milomir Seslija (Bosnia, eks pelatih Arema FC).
Jika dilihat lagi, sebetulnya, awalan buruk Persiba di Liga 1 2017, bukan sepenuhnya kesalahan Coach Timo -sapaan akrabnya-. Karena, ada beberapa hal lain, yang mendahuluinya.
Pertama, sejak awal, Persiba mempunyai anggaran yang tak sebanyak tim-tim besar Liga 1, macam PBFC atau Persib . Mau tak mau, mereka harus merekrut pemain (sebagian besar pemain muda minim pengalaman), yang sesuai dengan kantong mereka. Meskipun, kemampuan sebagian pemain yang direkrut ini, masih perlu ditingkatkan, agar sesuai, dengan level di Liga 1. Akibatnya, kekuatan tim Persiba saat ini, tidak sekuat tahun-tahun sebelumnya.
Kedua, tidak optimalnya persiapan tim menjelang kompetisi dimulai. Dengan komposisi tim, yang banyak berubah, dibandingkan musim lalu, dan didominasi pemain muda, idealnya, perlu persiapan lebih, untuk membangun kekompakan dalam tim. Secara taktis, masa persiapan yang lebih ini, juga dapat dimanfaatkan, untuk membangun pemahaman taktik, dan teknik bermain yang baik.
Seharusnya, ini bukan hal sulit. Karena, meski berasal dari Jerman, Coach Timo sangat fasih berbahasa Indonesia. Pelatih berlisensi A UEFA ini, juga cukup baik, memahami karakter pesepakbola di Indonesia, berkat pengalamannya, dalam membina pemain muda di Indonesia. Sayangnya, persiapan Persiba tak optimal, karena mereka memaksakan ikut, di ajang Piala Presiden, dan sempat tertundanya waktu kick-off Liga 1 2017.
Ketiga, Persiba berstatus tim musafir. Status tim musafir ini didapat, setelah Pertamina, selaku pemilik stadion Parikesit (kandang mereka), memutuskan membongkar stadion, untuk dijadikan gudang. Sebetulnya, Persiba sudah mempunyai markas baru, yakni Stadion Batakan, yang juga berlokasi di Balikpapan. Tapi, stadion berkapasitas 40.000 penonton bertaraf internasional ini, masih dalam tahap pembangunan, dan baru selesai, pada pertengahan tahun 2017. Akibatnya, Persiba harus mengungsi, ke Stadion Gajayana (Malang), sampai Stadion Batakan selesai dibangun.
Dilihat dari lokasinya, keputusan memilih stadion Gajayana ini, cukup aneh, karena sangat jauh, dari Balikpapan, lokasi basis utama suporter mereka. Sebetulnya, mereka bisa saja 'menumpang' sementara di Stadion Palaran atau Segiri (markas PBFC), yang berada di Samarinda, atau stadion Madya Aji Imbut (kandang Mitra Kukar) di Tenggarong, yang masih seprovinsi dengan Balikpapan, yakni Kalimantan Timur.
Padahal, bagi klub Indonesia, menjadi tim musafir, adalah satu kerugian tersendiri. Apalagi, jika daerah 'tempat pengungsian' mereka, jauh dari daerah basis utama suporter mereka. Ini jelas akan mempengaruhi mental bertanding tim. Situasi ini, juga akan mempengaruhi keuangan klub, akibat angka pengeluaran yang lebih besar. Akibatnya, performa tim menjadi buruk, karena tidak bisa fokus sepenuhnya, pada pertandingan yang dijalani.
Sekelumit masalah di Persiba ini, ditambah pergantian pelatih, jelas akan menjadi tantangan tersendiri, baik bagi caretaker (pelatih sementara) saat ini, maupun pelatih tetap penggantinya nanti, untuk dapat segera membangkitkan performa tim. Akankah Persiba Balikpapan segera bangkit?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H