Hasil imbang 1-1, saat menjamu Atletico Madrid, Rabu (19/4, dinihari WIB), menandai berakhirnya petualangan perdana Leicester City, di Liga Champions. Secara agregat, Si Rubah kalah 1-2 dari Atletico. Di leg pertama, yang berlangsung sepekan sebelumnya, Atleti menang 1-0.
Meski tersingkir di perempatfinal, capaian debut mereka ini, tergolong istimewa. Karena, jarang ada tim debutan, yang mampu melangkah jauh di Liga Champions. Dengan tersingkirnya Leicester City, tak ada klub EPL, di semifinal Liga Champions musim ini. Empat tim semifinalis Liga Champions musim ini adalah; Duo Madrid (Real-Atletico, Spanyol), AS Monaco (Prancis), dan Juventus (Italia).
Kegagalan ini, membuat Leicester memastikan diri absen, di Liga Champions musim depan. Karena, mereka sudah pasti gagal lolos via jalur liga (finis dii posisi 4 besar EPL). Tapi, situasi ini, justru berpeluang menjadi keuntungan, buat Manchester United (MU), wakil terakhir EPL, yang berkiprah di ajang Liga Europa, kompetisi antarklub Eropa kasta kedua, setingkat di bawah Liga Champions. Karena, peluang MU lolos ke fase grup Liga Champions musim depan, via juara Liga Europa menjadi terbuka. Apalagi, Jumat (21/4, dinihari WIB) MU baru saja lolos ke babak semifinal Liga Europa, setelah mengalahkan Anderlecht 2-1, berkat gol Mkhitarian, di waktu normal, dan Rashford, di babak tambahan (AET, agregat 3-2). Peluang itu semakin terbuka. Karena para semifinalis Liga Champions (Real Madrid, Atletico Madrid, AS Monaco, dan Borussia Dortmund), hampir pasti lolos ke Liga Champions musim depan, via jalur liga domestik masing-masing.
Kelolosan itu baru akan terwujud, jika mereka mampu menjadi juara Liga Europa. Tapi, untuk mewujudkannya, mereka harus lolos ke final lebih dulu. Ini jelas tak mudah, mengingat tim-tim semifinalis lain; Ajax Amsterdam (Belanda), Olympique Lyon (Prancis), dan Celta Vigo (Spanyol), bukan tim sembarangan. Ajax, dan Lyon, yang masing-masing menyingkirkan Schalke (Jerman, 3-2 agregat 4-3 AET), dan Besiktas (Turki, 1-2, agregat 3-3, 7-6 adu penalti) sama-sama mempunyai lini serang yang tajam. Sedangkan, determinasi Celta Vigo, yang menyingkirkan Genk (Belgia, 1-1, agregat 4-3) cukup militan. Dengan status tim kejutan, beban mental Celta cukup ringan, dibanding semifinalis lainnya.
Dengan situasi mereka saat ini, bisa dibilang, penentuan nasib lolos tidaknya MU ke Liga Champions musim depan, berada di tangan mereka sendiri. Mampukah MU memanfaatkan peluang mereka?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H