Jika bicara soal performa Sevilla musim 2016/2017 ini, maka satu kata yang tepat, untuk menggambarkannya, adalah anomali. Datangnya pelatih Jorge Sampaoli (Argentina), yang menggantikan Unai Emery (kini pelatih PSG), plus pemain-pemain macam Ganso (Brasil), dan Samir Nasri (Prancis), menjadikan prospek Sevilla tampak menjanjikan. Pada awal, sampai pertengahan musim, Los Palanganas mampu tampil bagus. Bahkan, mereka mampu mengalahkan Real Madrid 2-1 di Estadio Ramon Sanchez Pizjuan, kandang mereka. Ini merupakan kekalahan pertama El Real, di gelaran La Liga musim ini.
Performa hebat ini, sempat membuat mereka bersaing ketat, dengan Real Madrid dan Barcelona, di papan atas klasemen La Liga. Di Liga Champions, mereka juga mampu lolos ke fase gugur. Penampilan Sevilla asuhan Sampaoli, menjadi kejutan terbesar, di La Liga musim ini.
Tapi, memasuki bulan Maret 2017, performa tim asal provinsi Andalusia ini mendadak anjlok. Dari 8 laga (termasuk di ajang Liga Champions) yang dijalaninya, mereka meraih 4 hasil imbang, 3 kekalahan, dan hanya sekali menang. Akibatnya, mereka tersingkir, di babak 16 besar ajang Liga Champions Eropa, setelah kalah agregat 2-3 dari Leicester City (Inggris). Di La Liga, mereka tertahan di posisi 4 klasemen sementara, setelah bermain imbang 0-0, melawan Valencia Minggu (16/4, waktu Spanyol). Sehari sebelumnya, Real Madrid, Barcelona, dan Atletico Madrid sama-sama meraih kemenangan.
Anjloknya performa Sevilla ini, tak lepas dari situasi 'gagal fokus', yang mereka alami belakangan ini. 'Gagal fokus' ini dimulai, dari hengkangnya Monchi, direktur teknik klub, yang merupakan juru transfer andal. Kepergian Monchi, yang ingin mencari tantangan baru, dengan AS Roma sebagai klub tujuannya, menjadi pukulan telak pertama mereka. Karena, berkat strategi transfer jitu Monchi-lah, klub bisa meraih sukses seperti sekarang. Selain itu, Sevilla juga mampu mengorbitkan bintang-bintang macam Dani Alves, Sergio Ramos, dan Ivan Rakitic. Hingga saat ini, Sevilla masih kesulitan mencari penggantinya.
'Gagal fokus' berikutnya, yang melanda Sevilla, adalah banyaknya tim peminat jasa Jorge Sampaoli, pelatih mereka. Musim debutnya di Eropa, yang tergolong sukses, membuat pelatih penganut gaya sepakbola menyerang ini kebanjiran peminat. Barcelona, dan PSG, menjadi peminat serius. Situasi ini, juga didukung fakta, kontrak Sampaoli di Sevilla, hanya tersisa setahun lagi. Ongkos 'transfer' nya juga tergolong miring, bagi kantong tim besar Eropa, yakni 1,5 juta euro. Belakangan, timnas Argentina juga berminat 'memulangkan' Sampaoli, untuk dijadikan pelatih timnas. Saat ini, kursi pelatih Tim Tango masih kosong, setelah Edgardo Bauza dipecat awal bulan ini.
Banyaknya pemberitaan, soal minat tim lain pada Sampaoli, membuat Sevilla 'gagal fokus' di lapangan. Mereka lebih sibuk mengurus masalah pemberitaan, soal tim peminat Sampaoli, daripada fokus sepenuhnya di lapangan. Akibatnya, performa tim pun anjlok.
Bagi Sevilla, performa buruk tim belakangan ini, adalah masalah serius. Jika tak segera dibenahi, mereka akan gagal lolos, ke Liga Champions Eropa musim depan. Sedangkan, bagi Sampaoli, performa buruk tim belakangan ini, adalah peringatan keras. Jika tak segera dibenahi, ia bisa dipecat.
Situasi 'gagal fokus', yang sedang dialami Sevilla belakangan ini menunjukkan, betapa merusaknya efek 'gagal fokus' bagi kinerja sebuah tim. Kepergian, dan pemberitaan, mengenai figur penting dalam klub, jangan sampai membuat sebuah klub 'gagal fokus'. Karena, prestasi sebuah klub, ditentukan dari total jumlah poin yang didapat, melalui pertandingan di lapangan, bukan pemberitaan berlebih di media massa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H