Mengusung nama besar Kompas, maka muncullah Kompasiana. Saya sangat mengapresiasi tindakan ini sebab menggiatkan peran serta masyarakat umum untuk terlibat dalam kegiatan jurnalistik amatir di dunia maya.
Ironisnya kesempatan ini adakalanya dijadikan celah untuk memprovokasi dalam bentuk postingan dan/atau komentar2 atas postingan2 yang terpublish. Saya menilai pencetus Kompasiana adalah tuan rumah dan kami adalah para pengunjung. Tidakkah anda (pencetus Kompasiana dan admin2 yang terlibat) gusar bila rumah anda dijadikan ajang keributan yan disebabkan dari kehadiran para pengunjung yang tidak bertanggung jawab? Dalam analisa saya, pastinya anda gusar dan tindakan anda yang mungkin di lakukan adalah mulai dari menegur, mengecam, hingga mengusir mereka.
Timbul pemikiran, bagaimana bila para pengunjung yang bermasalah tersebut kembali lagi setelah diusir dengan hanya bermodalkan mengganti baju/akun? Saya kira, anda akan kesulitan dan pada akhirnya, ada kemungkinan anda akan menyerah dan berharap agar para pengunjung lainnya bisa beradaptasi dengan si pembuat onar.
Dan dalam dunia maya, bukan tidak mungkin seseorang memiliki lebih dari satu akun.
Terbesit dalam pikiran saya, bagaimana bila anda mempersulit proses kepemilikan akun untuk mencegah agar satu orang cuma memiliki satu akun, sehingga apabila orang tersebut diusir, dirinya tak bisa kembali ke kompasiana untuk periode waktu tertentu (katakanlah, 5 tahun).
Caranya, dengan mencantumkan Nomor KTP/SIM/Paspor dan nomor telpon dalam registrasi, dan akun akan diaktivasi setelah anda melakukan verifikasi fisik dan dilanjutkan melalui verifikasi email.
Saya sadar ide ini merepotkan dan hanya akan menambah pekerjaan di meja kerja anda, dan mungkin juga banyak sanggahan dari rekan2 kompasiana, tapi kiranya tindakan ini bisa memimimalisasi kemungkinan2 kehadiran pembuat onar.
Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H