Hingga kini vaksinasi Covid-19 di Indonesia masih diiringi pro dan kontra. Meski MUI telah menyatakan vaksin Sinovac halal dan suci. Ditambah lagi, BPOM memberikan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA).
Berbagai upaya dari pemerintah dilakukan untuk meyakinkan masyarakat, agar program vaksinasi dapat berjalan dengan baik. Salah satunya, tindakan Presiden Jokowi yang menjadi penerima vaksin pertama di Indonesia bersama mengajak beberapa tokoh publik.
Kita semua punya keinginan yang sama yaitu pandemi virus Corona segera berakhir. Namun, mengapa harapan baik itu seolah menjadi rumit dengan keriuhan perdebatan pro dan kontra terhadap vaksin.
Peristiwa jatuhnya banyak korban sudah membuktikan bahwa pendemi ini tidak boleh dianggap enteng. Apakah harus menunggu sampai mengalami sendiri, baru terbuka pikiran dan hati?
Baru beberapa hari yang lalu, saya sendiri sempat bersinggungan dengan Covid-19. Ibu Mertua yang di luar kota harus opname di rumah sakit karena ada riwayat sakit diabetes. Dalam situasi seperti ini, saat saya dan Istri mengunjungi berusaha terus berhati-hati dengan sungguh memperhatikan protokol kesehatan.
Satu hari di rumah sakit dan sempat diswab, besoknya Ibu dinyatakan positif. Betapa terkejutnya kami, karena sore itu Ibu harus masuk ruang isolasi. Dan betapa khawatirnya kami, karena disaat yang sama ada kabar dari WA grup bahwa Bapak dari Teman kerja Istri meninggal karena Covid-19.
Dari pengalaman ini, rasanya miris sekali ketika melihat kegaduhan, perdebatan atau apapun itu yang tak ada ujungnya. Tidak bisakah semua saling bersinergi saling mencari solusi terbaik. Saling menahan diri jika ada perbedaan pandangan, untuk menghindari keributan yang tak perlu dan hanya membuang energi saja.
Saat ini kami sungguh bersyukur, Ibu telah membaik, kembali dari rumah sakit dan melanjutkan pemulihan di rumah. Saya dan Istri juga sempat menjalani isolasi mandiri kurang lebih 14 hari, hasil test non reaktif dan hingga saat ini selalu sehat tanpa gejala.
Jika melihat pemberitaan tentang bahaya covid-19 yang menimbulkan korban para tokoh publik dan juga pengalaman orang terdekat, kami merasa membutuhkan vaksinasi covid-19. Terang sekali ini untuk keselamtan diri sendiri dan banyak orang.
Mungkin adanya penolakan vaksin bisa juga karena adanya suatu trauma, misalanya takut jarum suntik atau lainnya. Namun jika melihat kebelakang, hampir semua orang Indonesia sudah terbiasa dengan adanya vaksin ataupun imunisasi dengan disuntik. Bahkan sejak bayi hingga anak-anak, seperti :hepatitis B, polio, BCG, campak dll.
Jika dipahami dengan pikiran jernih, tak masalah lah sakit sedikit dan sebentar untuk keselamatan diri yang lebih utama. Diyakinkan pula kepada diri sendiri, orang lain juga aman kok kenapa musti takut.