Mohon tunggu...
Yosh Widyawan
Yosh Widyawan Mohon Tunggu... Guru - 🇮🇩

☕ Sekedar penikmat rasa, kata dan makna📝

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sejauh Itukah Enjoy Gawai Asmara?

14 Maret 2020   03:16 Diperbarui: 14 Maret 2020   03:31 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Gawai asmara bergetar syahdu ..." hehehe....

Sekedar plesetan kata dari lirik lagu "Dawai Asmara" yang dinyanyikan oleh Ridho Rhoma, untuk gambarkan orang yang setia menggenggam erat gawai dengan penuh kasih. Hii,,hii..  Karena hampir setiap hari setiap saat tidak bisa lepas dari gawainya. Dari waktu bangun tidur sampai waktu akan kembali tidur. Adapula yang masih menggunakan gawai saat tidur, bahkan saat mandi entah bagaimana caranya. 

Di saat sedang beraktifitas yang seharusnya membutuhkan konsentrasi pun sambil operasikan gawai, seperti: menyetir mobil, mengendarai motor dan lainnya.

Kepemilikan gawai sudah meluas pada banyak orang, dari anak kecil hingga dewasa. Meskipun kadang ada juga orang tua yang masih kebingungan operasikan gawai  dan sebaliknya justru anak-anak tanpa diajari sudah bisa mengotak-atik gawainya. 

Sebutan "anak digital" bagi anak sekarang memang banyak terbukti dengan begitu mudahnya mereka menguasai teknologi terbarukan. Sejak kecil sudah akrab dengan gawai, dari permainan game offline hingga permainan game online. Saking serunya mereka punya istilah sendiri jika bermain game pada gawai secara online, yaitu Mabar (main bareng).

Akrabnya orang dengan gawai bisa melebihi orang yang sedang kasmaran. Lebih akrab dan lebih perhatian dari perhatian seseorang terhadap kekasihnya. Jika dipuisikan seakan ada ungkapan pada gawai, "Oh, betapa engkau telah mengalihkan duniaku. Jika engkau tak ada, hidupku terasa tak berarti". He,,he... Begitu terikatnya orang pada gawai sehingga orang bisa melupakan yang lain di sekelilingnya. Perilaku seperti ini disebut phubbing, yang beberapa tulisan dari kompasianer telah membahas hal ini.

Perkembangan teknologi memang mampu mempermudah manusia memenuhi keutuhannya. Gawai memang dirasakan berguna dan mampu mempermudah sesorang melakukan aktifitas pentingnya. Ditambah dengan adanya internet, sepertinya orang mau mencari apa saja ada. Belajar apa saja bisa, segalanya dipermudah untuk mendapatkan berbagai informasi.

Kemudahan yang didapat dari memiliki gawai bisa juga memicu keinginan yang semakin berlebih. Seperti mendapat kesempatan dan ini juga memperngaruhi gaya hidup seseorang. Jika tidak berhat-hati seseorang bisa terjebak dalam hedoisme. Perlu kestabilan dan ketahanan mental untuk menhadapi godaan.

Gawai juga bisa diibaratkan seperti pisau yang tergantung bagaimana penggunaannya, bisa membantu namun bisa juga mencelakai. Jika tahu baiknya  kapan menggunakan, tahu bagaimana memanfaatkan dengan positif pasti banyak keuntungan yang didapat. Pemanfaatan gawai bisa untuk sarana pembelajaran dan sarana untuk berkarya.

Jangan sampai gawai menghalangi kehidupan sosial bersama orang lain. Kasihilah sesamamu manusia, seperti dirimu sendiri dan berikanlah perhatian kepada  sesamamu melebihi gawaimu. Hahay..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun