Beberapa hari yang lalu, saat berbincang dengan rekan, saya coba membuka diskusi tentang transportasi umum Bis. Banyak opini menarik yang muncul pada diskusi ringan nan singkat itu. Mulai dari trayek yang terbatas, waktu yang tak tentu, kendaraan mogok diperjalanan dan yang paling disorot adalah gaya berkendara sopir yang ugal-ugalan. Ini menarik untuk dibahas (sedikit) lebih dalam.
Filosofi “Yang Penting Yakin”
Saya tak ingin menggeneralisir perilaku sopir bis Nasional. Cukup oknum sopir bis yang kerap saya tumpangi yaitu bis jurusan Jogja-Surabaya-Jogja. Meskipun mungkin di daerah lain juga kerap ditemui sopir bis yang ngugal, tapi saya hanya ingin membahas apa yang kerap saya temui dan alami.
Sebagai penumpang, saya kerap geleng-geleng kepala. Pasalnya, di saat lampu merah, oknum sopir bis yang saya tumpangi, dengan enaknya mengambil posisi di kanan jalan. Jelas-jelas sisi kanan tersebut diperuntukkan bagi kendaraan dari arah berlawanan. Alhasil, kendaraan dari arah berlawanan harus merelakan roda sebelah kirinya turun dari aspal.
Tak hanya di pemberhentian lampu merah. Saat menyalip pun, tak pandang rambu, marka garis putih tak putus yang jelas terlukis di aspal jalan pun dilibas. Jangankan "cuma" garis, ada kendaraan yang melintas yang memang jalurnya pun dipaksa untuk melambat. Hanya untuk memberi ruang si Tuan sopir Bis agar bisa menyalip. Lagi lagi, kendaraan lain menjadi korban.
Shock Terapy Untuk Si Oknum Sopir Bis Ngugal
Pernah, suatu ketika (sekitar 2 bulan yang lalu) ada sopir truk yang coba menantang sopir bis. Lokasinya di persimpangan jalan Bogem Prambanan Jogja. Saat itu, saya sedang mengendarai mobil, berada tepat dibelakang truk tersebut, dari arah Klaten/Solo menuju Jogja.
Saat traffict Light di arah Kami menyala hijau, Kami pun jalan. Namun, baru beberapa puluh meter berjalan, tiba-tiba truk di depan saya melambat, tak lama kemudian berhenti. Ternyata ada bis dari arah Jogja sedang "mengambil" jalan Kami.
Tampak jelas suara klakson truk yang berulang dan bernada panjang. Tujuannya memerintahkan sopir bis untuk berpindah jalur. Namun, bis tersebut tidak bisa langsung pindah. Sebab, di sisi kirinya sedang padat kendaraan yang berhenti menunggu lampu berwarna hijau.
Sopir truk pun tak hanya cukup membunyikan klakson. Tampak jelas Ia mengeluarkan kepalan tangan kanannya, keluar kaca pintu. Seolah ingin “menghajar” si sopir bis tersebut. Entah bagaimana respon sopir truk, saya tak dapat melihatnya. Yang jelas, si Kondektur bis keluar kendaraan dan tampak sibuk meminta jalan pada kendaraan di sisi kirinya.