Beberapa minggu yang lalu, ada seorang teman yang minta tolong dicarikan mobil bekas. Budget-nya dipatok maksimal Rp. 100 juta dengan kriteria mobil kelas Multi Purpose Vehicle (MPV) atau Sport Utility Vehicle (SUV), tahun penggunaan 2008 atau setelahnya, transmisi manual, warna silver smoke atau hitam dan yang terpenting mesinnya masih normal. Dengan patokan harga dan kriteria seperti itu memang tak sulit untuk mendapatkannya.
Agar mendapatkan mobil yang sesuai dengan permintaan, saya pun bertanya pada teman tersebut: mobilnya akan sering digunakan untuk keperluan apa? Dengan lugas Ia menjawab, “untuk lebaran nanti, bro”. “Biar mudik ke Malang dan Pati lebih nikmat” Ia menambahkan, diiringi dengan tawa. Saya pun memberikan beberapa alternatif, “Avanza/Xenia, Terrios/Rush, Stream mau gak?” tanyaku. “nah, stream kayaknya enak bro” Ia memilih. “eh, Ford Everest mantap lho Bung, ada kok yang dibawah 100 juta” aku berusaha “menggodanya”, sekedar memastikan pilihannya. “wah, mantap tenan itu bro, kalo ada Everest yang cocok (harga dan kondisi), everest wae bro” Ia pun bimbang. Saya berhasil menggodanya dan pilihan ganda ini justru membuat saya bingung, godaan yang jadi bumerang,hehehe…
(Mohon maaf harus menyebutkan Merk dan tipe mobil, bukan promosi tapi agar tulisan ini tidak mengambang).
Setelah mengakhiri obrolan via telpon itu, saya pun langsung membuka situs jual beli online. Dengan menggunakan “kata kunci” yang telah diberikan teman dan memasang filter harga maksimal yang ditentukan, saya pun “mengobok-obok” situs tersebut. Banyak pilihan yang muncul, dengan berbagai kondisi dan harga.
Beberapa iklan mobil yang saya rasa cocok dan wajar, segera saya survey, hari itu juga. Singkat cerita, akhirnya didapatlah mobil Honda Stream tahun 2008 dengan harga Rp 90 juta, dengan kondisi body dan mesin yang istimewa. Sebenarnya dapat peluang Ford Everest 4x4 tahun 2004, dengan permintaan harga 80 juta, tetapi terlalu banyak “PR” di mesin, interior dan body, yang membutuhkan biaya tidak sedikit. Saya pun tak berani untuk menawarnya.
…
Beberapa hari yang lalu, saudara juga hendak membeli sebuah mobil yang cocok untuk keluarga. Anggaran yang dipatok pun sama, tak lebih dari Rp 100 juta. Kriteria yang diinginan adalah mobil dengan kabin luas (berjenis Van), transmisi Matic dan berwarna putih. Sebenarnya mobil tersebut akan digunakan untuk mendukung usaha dan rencananya akan membeli setelah Iedul Fitri tahun ini. Namun, Katanya, setelah dipikir-pikir, mending beli sebelum lebaran. Tujuannya agar mobil tersebut bisa digunakan untuk mobilitas silaturhami Iedul Fitri.
…
Satu lagi, ada rekan kerja yang baru saja membeli mobil bekas. Daihatsu Terrios berwarna putih dan Plat Jakarta, resmi menjadi mobil pertamanya. Memang, Ia memang pernah berniat punya mobil, tetapi tidak pernah Ia realisasikan, sekedar “pengen”. Setelah iseng-iseng melihat iklan di situs jual beli online, Ia mendapati iklan Terrios dengan kondisi istimewa dan jarak tempuh yang masih pendek, harganya pun relatif murah. “Liat iklan itu, ya iseng ku survey, Pak” teman tersebut bercerita. “Body-nya mulus, mesinnya kering, istri juga suka. Lumayan untuk lebaran Pak,hahaha…” tambahnya. Lagi, membeli mobil untuk lebaran. “ Bagus pak, dapet harga berapa, Pak” tanyaku kepo. “Deal 117 juta pak, murah gak pak?”. Dengan kondisi yang cukup istimewa, harga itu memang murah.
…
Dari tiga kisah tersebut, maka tak berlebihan jika menyimpulkan bahwa lebaran Iedul Fitri menjadi alasan kuat untuk membeli mobil. Tampaknya, terjadi peningkatan jual-beli mobil saat Iedul Fitri. Yang menjual bisa saja ingin meng-upgrade mobilnya dan yang membeli tentu untuk memenuhi kebutuhan mobilitas saat lebaran nanti.
