Mudik sudah seperti tradisi, yang menggerakkan jutaan masyarakat Indonesia, pulang ke kampung halaman. Jika Anda bagian dari jutaan pemudik 2017, apa yang sudah disiapkan? Uang, tiket atau kendaraan untuk mudik?. Transportasi apa yang Anda pilih untuk mudik tahun ini? Transportasi umum, mobil pribadi atau sepeda motor? Jika Anda menggunakan transportasi umum, berarti Kita sama. Saya pun mudik ke Palembang dari Yogyakarta menggunakan transportasi umum.
Jika mudik dengan mobil pribadi, pastikan mobil anda benar-benar siap untuk menempuh perjalanan jauh. Caranya, periksa kondisi mesin, sistem kemudi, rem, suspensi dan sebagainya. Selain mobil, pengendaranya pun harus siap. Siap mental jika terjadi kemacetan atau masalah di jalan, siap fisik, logistik dan siapkan aplikasi  Road Transport and Traffic Management Center (RTTMC) di smartphone Anda. Aplikasi RTTMC berguna untuk memantau kondisi lalu lintas. Jika tidak siap semuanya, lebih baik naik transportasi umum, agar selamat diperjalanan.
Sepeda Motor Bukan Alat Transportasi Mudik dari Persfektif Teknologi
Mari kita bahas dari persfektif teknologi. Pertama, faktor oli pelumas sepeda motor. Jika sepeda motor dipaksa beroperasi berjam-jam, membuat mesin menjadi sangat panas dan oli menjadi cepat "rusak". Jika oli cepat "rusak" karena suhu tinggi, berakibat buruk pada mesin, yaitu penurunan performa dan peningkatan keausan komponen.
Selain itu, oli juga berfungsi mendinginkan mesin. Jika oli terus-terusan dalam temperatur tinggi, efek pendinginan gagal. Meskipun sebenarnya masalah tersebut bisa diatasi dengan sering berhenti untuk mengistirahatkan mesin, namun butuh waktu berjam-jam untuk mendinginkannya. Akibatnya, waktu mudik jadi sangat lama. Yakin, tidak ingin cepat bertemu dengan keluarga di kampung halaman?
Kedua, faktor campuran bahan bakar dan udara untuk proses pembakaran mesin sepeda motor. Meskipun pemudik sepeda motor banyak yang melakukan perjalanan saat malam hari, tapi tak sedikit yang menempuhnya di siang hari. Disadari atau tidak, kondisi panas matahari mempengaruhi suplay udara untuk proses pembakaran mesin.
Ketika  cuaca sekitar panas, jumlah partikel udara tidak padat seperti udara dingin. Hal itu berdampak pada tidak idealnya campuran bahan bakar dan udara untuk proses pembakaran mesin sepeda motor. Akibatnya, performa sepeda motor menjadi menurun. Anda dapat membuktikan dengan membandingkan berkendara saat siang yang panas dan malam yang dingin. Performa sepeda motor saat malam (udara dingin) lebih baik ketimbang saat siang.  Berkendara malam hari juga banyak resiko, terutama masalah penerangan jalan, jalan berlubang yang tak kelihatan dan faktor ngantuk.
Jika fenomena pertama (oli) dan kedua (bahan bakar) secara bersama-sama terjadi pada sepeda motor pemudik, maka akibatnya bisa fatal. Misalnya, saat pemudik sepeda motor akan menyalip kendaraan lain, ternyata percepatannya tidak optimal --tidak seperti biasanya-. Kondisi tersebut bisa saja berakibat gagal menyalip kendaraan, karena percepatan kendaraan tidak sesuai prediksi. Masih beruntung jika di arah berlawanan tidak ada kendaraan lain, jika ada kendaraan lain maka bisa berakibat fatal, bisa terjadi kecelakaan.
Hal tersebut bukan sekedar prediksi, tetapi sudah dibuktikan oleh data statistik. Berdasarkan data OTOMANIA KOMPAS, menyebutkan bahwa 70% kecelakaan terjadi saat akan mendahului kendaraan lain (sumber). Meskipun, -mungkin-, aksi mendahului sudah diperhitungkan dengan matang, namun ada saja faktor lain yang tidak bisa diprediski, misalnya performa mesin turun mendadak.