Mohon tunggu...
Yosep Efendi
Yosep Efendi Mohon Tunggu... Dosen - Penikmat Otomotif

Selalu berusaha menjadi murid yang "baik" [@yosepefendi1] [www.otonasional.com]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bersama Memperbaiki “Merah Putih” yang Robek dan Mengibarkannya

24 Agustus 2016   18:49 Diperbarui: 24 Agustus 2016   19:08 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potensi Laut Beserta Isinya (foto yosep efendi)

Selain meningkatkan pendidikan atau kompetensi diri pribadi, Kita juga hendaknya memperjuangkan pendidikan anggota keluarga, misalnya anak. Kita harus menyadari bahwa anak-anak muda saat ini, termasuk anak kita, akan menjadi pemain utama di masa yang akan datang. Termasuk pada masa dekade puncak bonus demografi dan era MEA ini.

Tak terkecuali untuk wanita atau anak perempuan, mereka juga harus mendapat pendidikan yang layak. Sebab, puncak bonus demografi memberi kesempatan besar bagi para wanita untuk bekerja dan berkarir, karena jumlah anak yang sedikit. Sehingga, wanita bisa membantu penguatan ekonomi keluarga. Terlepas dari opini atau perdebatan wanita harus bekerja atau menjadi ibu rumah tangga, Mereka tetap layak mendapat pendidikan terbaik. Oleh sebab itu, bekali mereka dengan pendidikan terbaik, untuk kemandirian diri dan Bangsa.

Mari perbaiki kualitas diri pribadi dan keluarga, salah satunya dengan pendidikan. Agar bonus demografi ini benar-benar menjadi bonus yang bermanfaat, setidaknya manfaat untuk diri pribadi dan keluarga. Sebab, membangun kualitas keluarga akan sama dengan membangun Negara. Inilah peran Kita untuk Negara.

Peran Pemerintah Dalam MempersiapkanSatu Dekade Bonus Demografi Indonesia: Penguatan SMK

Pemerintah sebagai regulator ketenagakerjaan dan pengendali kependudukan, wajib menyiapkan strategi untuk menghadapi puncak bonus demografi 2020-2030. Pendidikan tinggi dipercaya mampu mengurangi angka pengangguran, namun tidak semua masyarakat bisa mengaksesnya. Biaya yang relatif mahal dan beasiswa sangat terbatas, menjadikan pendidikan tinggi sulit dijangkau masyarakat golongan kurang mampu.

Alternatifnya, Pemerintah harus fokus mengembangkan pendidikan kejuruan, khususnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sebab, SMK adalah salah satu satuan pendidikan yang berperan strategis dalam mencetak tenaga kerja yang kompeten. Pendidikan kejuruan seperti SMK, bertujuan untuk membekali siswanya dengan kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan di Dunia Usaha/Dunia Industri (DU/DI). Jadi, seharusnya lulusan SMK tidak ada yang menganggur, bisa bekerja, berwirausaha atau melanjutkan pendidikan. Namun, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), lulusan SMK justru banyak yang menganggur. Data per Agustus 2015, SMK menyumbang 1.569.690 pengangguran terbuka. Artinya, ada masalah besar dalam pelaksanaan pendidikan kejuruan di SMK.

Lantas, di mana letak permasalahannya? Kunci pembelajaran SMK adalah kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan kompetensi di dunia kerja, yang selanjutnya berdampak pada media pembelajaran dan tenaga pendidik. Ketika kompetensi lulusan SMK tidak bisa diterima di dunia kerja, artinya kurikulum tidak relevan. Padahal, konsep “Link and Match” telah lama diupayakan oleh mantan Mendikbud Wardiman Djojonegoro. Konsep tersebut menghubungkan pendidikan kejuruan dengan dunia kerja, mulai dari penyusunan kurikulum, proses pembelajaran, sarana hingga evaluasi pembelajaran SMK. Jika konsep itu dilaksanakan dengan baik, maka tak ada istilah menganggur bagi lulusan SMK.

Kesimpulannya, Pemerintah melalui Kementerian terkait seperti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Ketenagakerjaan dan Kementerian Perindustrian harus duduk bersama memikirkan pengembangan dan penguatan pendidikan kejuruan di SMK. Karena SMK bukan sekedar masalah pendidikan yang hanya diurus Kemdikbud, tetapi juga masalah ketenagakerjaan yang diatur oleh Kementerian Ketenagakerjaan. Ketika berbicara ketenagakerjaan, maka erat hubungannya dengan dunia industri yang menjadi ranah kerja Kementerian Perindustrian.

Tagline SMK (sumber gambar: www.psmk.kemdikbud.go.id)
Tagline SMK (sumber gambar: www.psmk.kemdikbud.go.id)
Ketika tiga Kementerian tersebut bekerja sama dengan baik, maka pendidikan kejuruan di SMK akan kuat. Slogan BISA-HEBAT: Siap Kerja, Santun, Mandiri dan Kreatif akan terwujud, untuk menghadapi dekade puncak bonus demografi Indonesia 2020-2030.

Kita-sebagai masyarakat Indonesia sebenarnya golongan kaum yang beruntung. Para pahlawan telah berjuang merebut kemerdekaan yang Kita nikmati hingga saat ini. Tuhan telah menganugrahkan kekayaan alam yang luar biasa melimpah di Nusantara, untuk Kita. Kita -yang dalam jumlah besar ini-, rasanya sulit dipercaya jika hanya berdiam diri atau sekedar mengeluh dan mengkritik yang tak konstruktif. Mari siapkan diri, untuk tantangan dan harapan besar bonus demografi. 

Dalam nuansa bonus demografi, mari bersama Kita perbaiki "Merah Putih" yang "robek dan rapuh", bersama pula Kita mengibarkannya. Ayo berkarya, untuk diri pribadi, keluarga, orang lain dan Negara, demi kejayaan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun