….
Urgensi Pengawalan Khusus Masyarakat Umum Saat Mudik Lebaran
Diperkirakan bahwa hari Sabtu (2/7/2016) dan Minggu (3/7/2016) kemarin adalah puncak arus mudik lebaran tahun ini. Jutaan kendaraan akan berbagi jalan untuk menuju kampung halaman. Bis, truk, mobil pribadi, dan sepeda motor tumpah ruah di sepanjang jalan raya. Tujuan dan harapan Mereka relatif sama, yaitu tiba di tempat tujuan dengan aman, selamat dan cepat. Ya, semua ingin cepat sampai.
Apa jadinya jika di tengah keramaian kendaraan pemudik, tiba-tiba ada sebuah konvoi komunitas kendaraan mewah yang di kawal polisi? Di tengah kepadatan jalan raya, bagaimana bisa mereka berusaha meminta prioritas? Bebas melanggar lalu lintas karena dikawal mobil dinas polisi. Padahal, kemungkinan besar, konvoi komunitas kendaraan mewah itu adalah untuk mudik juga. Mengapa mereka harus mendapat hak utama di jalan raya? Apakah kriteria pengawalan berdasarkan peraturan yang berlaku sudah terpenuhi oleh anggota konvoi? Apakah tujuan konvoi memang darurat?
Sempat tersiar isu bahwa pengawalan bisa “dibeli”. Pengawalan juga butuh biaya operasional, terutama untuk membeli bahan bakar mobil pengawal. Bagaimana dengan oknum petugas pengawalnya? Mungkin itulah sebab komunitas otomotif kelas “elit” yang sering menggunakan jasa pengawalan polisi saat akan melakukan konvoi komunitasnya. Jarang sekali konvoi komunitas kendaraan “biasa” yang dikawal polisi.
Tetapi, di balik itu semua, mbok ya menyadari, saat ini jalan raya sedang padat digunakan oleh semua pemudik. Kalau memang komunitas punya agenda aksi sosial, banyak cara untuk melakukannya. Tidak harus dengan “mengganggu” hak pengguna jalan. Sejatinya, setiap warga negara memiliki hak yang sama di jalan raya. Pun demikian dengan hak atas pengawalan, asalkan memenuhi kriteria pengawalan. Tapi mbok ya jangan “latah”, maunya dikawal terus. Padahal saya yakin, Mereka paham dengan dampak yang ditimbulkan dari pengawalan dan pelanggaran lalu lintas yang dilakukan, apalagi pada saat puncak arus mudik lebaran.
Harapannya, berbagai komunitas yang berniat konvoi, agar berpikir berulang-ulang sebelum memutuskan untuk meminta pengawalan polisi, terutama ditengah arus mudik atau arus balik nanti. Pun begitu dengan petugas pengawal (polisi), mestinya lebih selektif dan bijak dalam memberi pengawalan. Menolak dan “menyakiti” hati anggota komunitas tertentu, akan lebih baik daripada menyakiti perasaan jutaan pemudik di jalan raya, yang haknya diganggu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H