Mohon tunggu...
Yosep Efendi
Yosep Efendi Mohon Tunggu... Dosen - Penikmat Otomotif

Selalu berusaha menjadi murid yang "baik" [@yosepefendi1] [www.otonasional.com]

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Terkait Konsumsi Premium: Masyarakat Butuh Edukasi dan Kampanye Ilmiah

20 April 2016   19:27 Diperbarui: 20 April 2016   23:06 1883
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Premium yang menjadi bahan bakar favorit masyarakat Indonesia memiliki angka Research Octane Number (RON) 88, bahan bakar dengan RON terendah. Karakteristik Premium cenderung lebih mudah menguap dan terbakar dibanding bahan bakar dengan RON di atasnya. Karakteristik demikian tidak cocok untuk kendaraan dengan rasio kompresi yang tinggi.

Kompresi merupakan salah satu langkah dalam siklus pembakaran di ruang bakar mesin, yang bertujuan untuk memampatkan campuran bahan bakar dan udara agar dapat terbakar dengan baik. Rasio kompresi setiap mesin, baik sepeda motor maupun mobil, berbeda-beda nilainya, umumnya antara 8:1 hingga 13:1. 

Kendaraan yang beredar saat ini, sebagian besar memiliki rasio kompresi yang tinggi. Bahkan, berdasarkan hasil penelusuran Saya ke semua situs resmi pabrikan dan distributor kendaraan (Mobil dan Motor) yang beredar di Indonesia, diperoleh kesimpulan bahwa semua kendaraan baru yang dijual pabrikan/distributor memiliki rasio kompresi yang tinggi, di atas 9:1 (mohon dikoreksi jika kesimpulan ini salah atau ada kendaraan yang luput dari pengamatan Saya). 

Dalam buku yang berjudul Motor Vehicle (13th Edition), Garrett et. al mengatakan bahwa rasio kompresi yang tinggi merupakan suatu kebutuhan untuk mencapai tenaga maksimal, mengurangi getaran mesin dan efisiensi bahan bakar (2001: 78). Sehingga, sudah sewajarnya jika produsen kendaraan mengaplikasikan rasio kompresi yang tinggi pada produknya, guna performa yang maksimal dan hemat bahan bakar, yang pada akhirnya dapat mengurangi emisi gas buang. 

Selanjutnya, dalam mesin dengan kompresi tinggi, ada potensi mengalami Pre-Ignition, yaitu kondisi dimana bahan bakar terbakar sebelum Busi memercikkan api. Dampak selanjutnya adalah terjadinya Knocking atau munculnya suara mesin yang kasar disertai getaran, akibat bahan bakar terbakar bukan pada waktunya. Menurut Garrett et.al (2001: 573), masih dalam bukunya yang berjudul Motor Vehicle, knocking disebabkan oleh penggunaan bahan bakar dengan oktan yang lebih rendah dari seharusnya.

Premium RON 88 memiliki karakteristik mudah menguap dan mudah terbakar, tidak cocok digunakan untuk mesin dengan kompresi tinggi. Kompresi mesin yang tinggi, apalagi ditambah kondisi ruang bakar yang kotor karena kerak Karbon, akan membuat Premium terbakar sebelum waktunya. Pre-Ignition dan Knocking pun tak terhindarkan. Mesin dengan kompresi tinggi, di atas 9:1, sebaiknya menggunakan bahan bakar dengan nilai oktan (RON) yang lebih tinggi, seperti Pertalite, Pertamax atau Pertamax Plus. Seperti ilustrasi tabel di bawah ini:

[caption caption="Hubungan Oktan dan Rasio Kompresi (Sumber Gambar: Shaft7.com)"]

[/caption]Informasi nilai rasio kompresi sebuah kendaraan dapat diperoleh dari spesifikasi teknis yang biasanya tercantum pada buku petunjuk kendaraan atau dapat mencari tahu di situs resmi produsen atau distributor kendaraan.

Kampanye RON Berdasar Pada Teknologi Otomotif

Kuatnya hubungan antara nilai oktan bahan bakar dan rasio kompresi terhadap proses pembakaran di mesin, mestinya menjadi pertimbangan utama pemiliki kendaraan dalam memilih jenis bahan bakar. Berbagai Jurnal hasil penelitian teknologi otomotif menyebutkan bahwa bahan bakar dengan RON 88 hanya cocok untuk mesin dengan perbandingan kompresi di bawah 9:1. 

Faktanya, kendaraan yang beredar sebagian besar memiliki rasio kompresi di atas 9:1. Sehingga, sudah selayaknya pemilik kendaraan menggunakan bahan bakar yang nilai RON-nya di atas 88. Minimal Pertalite dengan RON 90 atau Pertamax yang jelas lebih baik. Mestinya itu yang dijadikan dasar kampanye Pemerintah dan pihak terkait, bukan hanya kampanye berdasar ekonomi (subsidi).

Pemerintah dan pihak terkait hendaknya menyuarakan kepada masyarakat mengenai pentingnya nilai Oktan terhadap performa dan daya tahan mesin kendaraan. Pre-Ignition dan Knocking bukanlah masalah sepele, yang bisa terus diabaikan pengguna kendaraan. Pengguna kendaraan mesitnya akan menyadari, dampak penggunaan bahan bakar dengan Oktan yang lebih rendah dari semestinya. Selain berpengaruh pada reduksi tenaga (lost power), Pre-Ignition dan Knocking dapat mereduksi usia komponen mesin (seperti Piston, Pin PistondanConnecting Rod/ Setang Piston). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun