Mohon tunggu...
Yosep Efendi
Yosep Efendi Mohon Tunggu... Dosen - Penikmat Otomotif

Selalu berusaha menjadi murid yang "baik" [@yosepefendi1] [www.otonasional.com]

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Pengendara Mobil Mewah, Tatapan Sinis dan Rendahnya Pemahaman Teknologi

13 April 2016   15:59 Diperbarui: 13 April 2016   17:19 6757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi (Sumber gambar: merdeka.com)"][/caption]Ada kejadian menarik ketika saya mengisi bahan bakar di SPBU, beberapa hari yang lalu. Saya mengisi  bahan bakar di sebuah SPBU di kawasan Yogyakarta. Posisi dispenser pada SPBU tersebut agak unik dan berbeda dengan kebanyakan SPBU lainnya (kawasan Yogyakarta). Biasanya, dispenser pada SPBU diposisikan layaknya rangkaian paralel, dengan hanya 1 blok dispenser pada setiap jalurnya. Sehingga, setelah mengisi bahan bakar, kendaraan dapat langsung melaju.  

Namun, di SPBU yang saya sebut unik tersebut, memiliki 2 blok dispenser pada setiap jalurnya. Kedua blok dispenser tersebut berisi bahan bakar yang sama, dan keduanya digunakan bersamaan. Sehingga, kendaraan yang mengisi bahan bakar di dispenser bagian belakang (arah barat), baru bisa melaju jika kendaraan di dispenser sebelah depan (arah barat) telah selesai mengisi bahan bakar. Nah, kejadian menarik, muncul pada “masa tunggu” tersebut.

Begini ceritanya…

Kebetulan, saya mendapat jatah mengisi bahan bakar di dispenser bagian depan (sebelah barat). Di belakang saya, ada mobil mewah yang berukuran besar dan berharga milyaran, yang mengisi bahan bakar di dispenser sebelah timur. Saat itu, saya melihat mobil mewah tersebut mengisi bahan bakar jenis Premium. Sedangkan mobil tua saya, saya isi Pertalite. Mobil tua saya ini memang sudah sejak lama menggunakan bahan bakar jenis Pertalite. Terkadang saya isi Pertamax, karena tidak semua SPBU menyediakan Pertalite. 

Mohon maaf, bukan bermaksud sombong atau punya uang berlebih untuk mengisi Pertalite atau Pertamax. Lagipula tak ada yang bisa disombongkan dari penggunaan Bahan Bakar Khusus (BBK) itu. Saya menggunakan BBK untuk mobil tua saya karena (1) pertimbangan rasio kompresi dan jenis bahan bakar yang layak, (2) pertimbangan karakteristik Premium yang mudah menguap dan (3) Saya jarang menggunakan mobil (hanya untuk keperluan tertentu saja). Premium RON 88 hanya cocok untuk kendaraan dengan rasio kompresi di bawah 9:1.

[caption caption="Hubungan antara nilai oktan bahan bakar (RON) dan rasio kompresi mesin (Sumber gambar: triatmono.com)"]

[/caption]Kendaraan dengan rasio kompresi di atas 9:1, baiknya menggunakan bahan bakar dengan RON di atas 88, seperti Pertalite atau Pertamax. Akibat dari penggunaan Premium untuk kendaraan berkompresi tinggi adalah pembakaran (di mesin) tidak sempurna, tenaga mesin menjadi tidak optimal dan menambah muatan polutan dari gas buang (knalpot). (Terkait ini akan saya tulis pada artikel selanjutnya)

….

Lanjut ke cerita....

Setiap akan mengisi bahan bakar, saya memang harus keluar kendaraan, karena tutup saluran tangki bahan bakar harus dibuka secara manual menggunakan kunci. Mobil tua saya tidak dilengkapi kontrol pembuka tutup tangki bahan bakar di kabin kendaraan. Kebetulan, pengemudi mobil mewah yang mengisi bahan bakar di belakang Saya, juga keluar kendaraan.

Biasanya, jarang sekali pengemudi yang keluar kendaraan jika mobilnya dilengkapi kontrol pembuka tutup tangki di dalam kabin kendaraan. Pertimbangannya adalah supaya mobil cepat melaju ketika selesai mengisi dan mobil yang antri di belakangnya bisa segera mengambil alih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun