[caption caption="Toyota C-HR (sumber gambar: otomotif.kompas.com)"][/caption]Beberapa hari yang lalu (1/3/2016) Toyota memperkenalkan produk teranyarnya, Toyota C-HR, di ajang Geneva Motor Show 2016. Toyota C-HR memiliki beberapa pilihan mesin, salah satunya mesin dengan kapasitas 1.200 cc Turbocharged. Belum banyak informasi terkait mobil tersebut, tetapi yang pasti mobil tersebut berbahan bakar bensin dan menggunakan Turbocharger. Perlu ditekankan mengenai bahan bakar bensin dan Turbocharger. Ini menarik.
Di mana letak menariknya? Menariknya adalah tren penggunaan Turbocharger pada mobil berbahan bakar bensin (Gasoline Engine), kian populer. Turbocharger adalah perangkat yang memanfaatkan gas buang kendaraan guna mempercepat dan memperkaya jumlah udara yang akan dimasukkan ke ruang bakar bensin. Sehingga, mampu meningkatkan kualitas campuran udara dan bahan bakar, yang pada akhirnya berpengaruh pada efisiensi bahan bakar dan peningkatan tenaga, serta mengurangi kandungan emisi gas buang.
[caption caption="Konsep Teknologi Turbocharger (sumber gambar: insinyoer.com)"]
Ketika Turbocharger mulai merambah mobil bensin, apakah inovasi tersebut dapat “diterima” oleh konsumen? Memang, banyak pemilik atau calon pembeli/pemilik yang belum memahami Turbocharger dan manfaatnya. Ketika seseorang hendak membeli mobil, memang spesifikasi mesin jarang diperhatikan. Perhatian terpusat di kapasitas mesin, desain interior dan eksterior. Contoh kasus adalah produk dari Ford. Kehebatan Turbocharger pada mobil bensin dapat dilihat pada teknologi yang dikembangkan pabrikan yang baru saja “hengkang” dari Indonesia itu. “Kepergian” Ford meninggalkan jejak manis kombinasi mesin kecil dan Turbocharger, yaitu teknologi EcoBoost. Teknologi tersebut banyak digunakan di mobil keluaran Ford, seperti Fiesta Ecoboost dan Focus Ecoboost.
[caption caption="Ford Fiesta 1.0L Ecoboost (sumber gambar: ford.co.id)"]
Fiesta Ecoboost hanya berkapasitas tak lebih 1000 cc tetapi mampu menghasilkan daya 125 tenaga kuda. Bandingkan dengan Fiesta tanpa Ecoboost (tanpa Turbo), yang kapasitas mesinnya 1.500 cc, hanya mampu menghasilkan tenaga maksimal 112 tanaga kuda. Atau bandingkan dengan Grand New Avanza 1.329 cc yang hanya mampu menghasilkan tenaga maksimal 96,5 tenaga kuda. Kehebatan teknologi Ecoboost Ford diakui dunia, dengan meraih predikat “Best New Engine” tahun 2012 dan predikat “Best Engine Under 1.0-litre” selama 4 tahun berturut-turut (sumber: http://autotekno.sindonews.com/)
Turbocharger menjadikan mesin berkapasitas kecil, mampu mengalahkan tenaga mesin yang berkapasitas lebih besar. Apalagi jika dibandingkan dengan mesin yang kapasitasnya sama, perbedaannya sangat signifikan. Tetapi, sayangnya teknologi Ecoboost Ford tidak terlalu populer. Sehingga, penjualannya kalah bersaing dengan kompetitor di kelasnya. Ending-nya, Ford Indonesia “goyah”.
Mengutip kehebatan teknologi Ecoboost Ford, beberapa pabrikan lain pun tertarik mengembangkan teknologi Turbocharger untuk mobil berbahan bakar bensin. Dengan berbekal branding, promosi dan informasi detail Turbocharger ke konsumen, rasanya tidak sulit untuk menjualnya. Apalagi untuk perusahaan sekelas Toyota, yang sudah sejak lama menguasai pasar otomotif Indonesia. Dengan menanamkan Turbocharger pada C-HR, Toyota bisa kembali memopulerkan Turbocharger untuk mobil Gasoline Engine. Meskipun belum ada kepastian apakah Toyota C-HR akan dipasarkan di Indonesia, paling tidak, ada harapan perkembangan Turbocharger.
Salam Otomotif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H