Mohon tunggu...
Yosep Efendi
Yosep Efendi Mohon Tunggu... Dosen - Penikmat Otomotif

Selalu berusaha menjadi murid yang "baik" [@yosepefendi1] [www.otonasional.com]

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Eksistensi Ruang Publik Berbasis Budaya dan Edukasi di Tengah Modernitas Pembangunan Yogyakarta

30 September 2015   13:33 Diperbarui: 30 September 2015   14:54 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selain kawasan Nol Kilometer, ruang publik lain yang ramai dimanfaatkan masyarakat adalah alun-alun Yogyakarta, yaitu alun-alun Utara dan Selatan. Alun-alun merupakan salah satu identitas atau ikon yang selalu ada di tiap daerah di pulau jawa. Keberadaannya pun selalu dimanfaatkan oleh masyarakat, seperti sebagai tempat berkumpul atau berinteraksi. Begitu juga dengan alun-alun Yogyakarta, selalu ramai dikunjungi masyarakat, sebagai tempat berinteraksi atau diskusi. Alun-alun Utara sering dimanfaatkan untuk acara-acara besar, seperti pameran atau konser musik. Namun, seringkali disalahgunakan sebagai tempat parkir dan pedagang kaki lima. Penyalahgunaan fungsi tersebut tentunya sama dengan merampas hak masyarakat akan ruang publik. Namun, sejak bulan Juli 2015 lalu, Pemprov DIY telah berupaya menertibkan parkir liar dan PKL di kawasan tersebut. Sehingga, hak masyarakat atas ruang publik terjaga.

 [caption caption="Alun-Alun Utara Yogyakarta (Dok. Pribadi)"]

[/caption]

Pada sebrang selatan, terdapat alun-alun selatan. Alun-alun selatan sebagai ruang publik bukan hanya menawarkan tempat tetapi juga memberikan pengalaman wisata folklore, yaitu alun alun selatan sebagai halaman depan kedua (setelah alun-alun utara) dan mitos Masangin (singkatan dari Masuk Dua Beringin). Mengenai halaman depan, kabarnya alun-alun selatan dibuat agar keraton memiliki halaman depan di sisi selatan (belakang keraton), sehingga tidak terkesan membelakangi laut selatan. Sedangkan Masangin adalah upaya melewati tengah-tengah beringin kembar yang berada di tengah alun-alun, dengan mata tertutup. Posisi start di depan Sasono Hinggil, yang berjarak sekitar 25 meter dari titik tengah dua beringin. Jika mampu berjalan lurus dan melewati tengah beringin kembar tersebut, dipercaya memiliki hati yang tulus dan lurus. Itulah salah satu wisata budaya di Yogyakarta, yang terkadang menyimpan mitos dan  misteri.

 [caption caption="Beringin Kembar Alun-Alun Selatan Yogyakarta (Dok. Pribadi)"]

[/caption]

 Ruang Publik Bernilai Edukasi

Selain ruang publik alun-alun yang menyimpan misteri, Yogyakarta juga menyediakan ruang publik yang memberikan edukasi pada masayarakat. Cukup banyak ruang publik edukasi di Yogyakarta, namun yang paling ramai pengunjung adalah Taman Pintar dan Perpustakaan. Sebagai Kota Pelajar dan Pendidikan, Yogyakarta tentunya konsen terhadap dunia pendidikan, dengan menyediakan wahana dan fasilitas yang bernilai edukasi. Tujuannya agar dapat memotivasi, menginspirasi dan mencerdaskan masyarakat. Taman Pintar Yogyakarta (TPY) yang berlokasi di Jalan Panembahan Senopati No. 1 – 3 Yogyakarta dan hanya berjarak kurang lebih 200 meter dari titik Nol Kilometer, selalu ramai pengunjung. Mulai dari pengunjung individu, hingga pengunjung rombongan, biasanya rombongan dari sekolah. Baik rombongan sekolah yang berasal dari Yogyakarta, maupun dari luar Yogyakarta.

[caption caption="Taman Pintar Yogyakarta (TPY) (Dok. Pribadi)"]

[/caption]

Ruang publik TPY menawarkan berbagai wahana yang sarat dengan nilai pendidikan. Sehingga, tak berlebihan jika TPY disebut sebagai ruang publik yang mencerdaskan. Sebagaimana salah satu syarat kelayakan suatu ruang publik adalah memberikan informasi, pengetahuan atau wawasan pada pengunjungnya. Dengan fasilitas berbagai wahana dalam lima gedung utama, TPY mampu memberikan kepuasan tinggi pada pengunjungnya. Terbukti dengan Indeks Kepuasan Masyarakat terus meningkat setiap tahun, dengan nilai indeks 79,54 pada Juni 2015 (sumber: http://www.tamanpintar.com/).

Selain TPY, ruang publik edukatif lain yang ramai pengunjung adalah Perpustakaan Kota Yogyakarta. Untuk mencapai visi “Menjadikan perpustakaan sebagai wahana Pendidikan, Penelitian, Pelestarian, Informasi, dan Rekreasi”, perpustakaan menyediakan berbagai fasilitas edukatif dan hiburan yang dibutuhkan masyarakat. Bukan hanya koleksi ribuan buku, Perpustakaan Yogyakarta juga memfasilitasi pengunjungnya dengan internet/Wi-Fi gratis. Selain itu, juga tersedia prasarana pendukung yaitu ruang baca anak, ruang audio visual dan ruang pertemuan. Ada satu lagi fasilitas yang sangat menarik di Perpustakaan Kota Yogyakarta ini, yaitu Taman Masyarakat Sambung Rasa (TAMARA).

Di TAMARA disediakan gazebo dan shelter yang dilengkapi dengan akses internet cepat, giant screen yang dapat digunakan untuk memutar film yang mendidik, literasi masyarakat berbasis pendidikan, informasi tentang kebijakan pemerintah dan berbagai informasi perpustakaan. Di Taman yang dibuka pukul 08.00 sampai dengan pukul 24.00 WIB ini, pengunjung dapat berinteraksi dan menyambung rasa antar sesama, baik secara tatap muka maupun dengan media internet.

Di tengah pembangunan gedung-gedung komersil simbol modernitas yang terus tumbuh, ternyata ruang publik yang menjaga warisan budaya dan mencerdaskan masih menunjukkan keberadaanya dan diminati masyarakat. Bukan hanya masyarakat Yogyakarta, tetapi juga masyarakat dari daerah lain. Jogja memang istimewa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun