Mohon tunggu...
Yosep Kellen
Yosep Kellen Mohon Tunggu... mahasiswa -

be believe

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tragedy Paris, Antara Simpati dan Latah

18 November 2015   09:53 Diperbarui: 18 November 2015   10:57 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Luka fisik dan trauma batin bercampur aduk dalam sebuah lautan dendam di samping doa yang dipanjatkan dalam harumya  karangan bunga yang bertaburan serta cahaya lilin yang menyala dalam gelapnya duka Paris.

Ada sebuah fenomena unik yang mewarnai media sosial beberapa hari belakangan ini terkait serangan teroris ke Paris pada Jumat malam (13/11) lalu. Warna biru, putih dan merah (bendera Prancis) menjadi warna trend dalam media sosial. Sebuah fenomena yang berada pada posisi ungkapan rasa simpati dan latah dengan trend di  media sosial.

 Tragedi memilukan yang membekas dalam sejarah perjalanan Prancis dimana sekitar 129 orang tak berdosa harus terbaring kaku tak bernyawa dan ratusan lainya terluka di tanah Prancis. Begitu banyak ungkapan rasa simpati terhadap para korban dan juga kutukan serta hujatan terhadap para pelaku terror tersebut. 

Berita yang masih menjadi trending topic dalam halaman media-media baik nasional maupun Internasional telah menyedot banyak perhatian public termasuk  di Indonesia. Bagaimana tidak, madia massa perlahan membawa public pada suatu kesatuan rasa simpati terhadap tragedy Paris yang memilukan itu. Sebuah kenyataan meralisasikan kembali Teori Jarum Suntik, dimana masyarakat terbius dalam pengaruh media sosial.

Terlepas dari hak setiap individu dalam menyikapi tragedy Paris itu, masyarakat dunia seakan terfokus padanya (tragedy Paris). Publik seakan “latah” untuk ramai-ramai mewarnai status mereka dengan warna Biru, Putih dan Merah. Sebuah fenomena yang cukup miris mengingat beberapa belahan dunia lain juga mengalami tragedy yang serupa, sebut saja aksi bom bunuh diri di Turki , tenggelamnya kapal Roro di Suabaya, serta beberapa kejahatan kemanusiaan yang terjadi di belahan bumi yang lain.

Dari sini, muncul sebuah pertanyaan terhadap sikap simpati yang kita tunjukan tersebut, untuk Paris-kah sikap simpati kita itu? atau untuk tragedy kemanusiaan yang terjadi  kita bersimpati? Sebagai masyarakat yang cerdas kita sebaiknya melihat lebih jauh ke dalam nilai dari sebuah ungkapan rasa simpati yang kita tunjukan, bukan sekedar “latah” dengan mengikuti trend yang diciptakan media, apalagi sampai mengutuk tanpa tahu lebih dahulu persoalan yang sebenarny dan setelah trend tersebut berlalu kita kembali pada “warna asli” dalam status kita di media sosial.

 Banyak persoalan kemanusiaan yang terjadi di bumi ini, tidak hanya di Paris, Turki  ataupun belahan bumi lainya dan semua persoalan itu sebaiknya kita perjuangkan secara bersama-sama, bukan untuk golongan tertentu atau kelompok tertentu melainkan untuk kebaikan dan penegakan Hak Asasi Manusia di muka bumi ini.

Be believe-https://negerikotaq.wordpress.com

Sumber Gambar: http://www.emannabih.com/files/2013/09/Stop-The-War1.png"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun