Di akhir Desember 2021 rombongan kami berkunjung ke Sumatra Barat, seperti yang telah di ceritakan sebelumnya. Salah satu diantara beberapa kabupaten yang kami adalah kabupaten Agam kecamatan Ampek Angkek, Nagari Panampuang.Â
Agenda pertama setelah sampai disana adalah mengadakan pertemuan dengan wali nagari dan tokoh adat dan sangat luarbiasa sekali, wali nagari di Lantik sehari sebelum kami sampai disana. Berarti kami tamu perdana untuk bapak wali nagari.
Setelah pertemuan selesai ketika itu, rombongan berkunjung ke galeri bumdes "penjahit patah". Penjahit patah adalah bukan orang yang jahitnya patah atau terkilir tapi istilah jarum yang di patahkan untuk membuat mukena tarawang yang sangat luarbiasa.
Harga mukena tarawang langsung di bumdes 800.000 rupiah tetapi kalau membeli diluar harganya sampai 1.200.000 rupiah, luarbiasa bukan harga miring sampai 400.000 rupiah.
Sesampai disana kami dijamu dengan nasi terbungkus dengan daun pisang yang di asapkan, tentu wanginya bukan main apalagi rasanya. Pertama kali kami menyangka bahwa bungkusan nasi berbentuk segi 4 tidak ada isinya selain sambal, namun ada yang tersembunyi di dalam nasi yaitu telor bulat yang di goreng. Ditambahkan dengan ikan asin kering yang melengkapi cita rasa yang begitu menggoda.
*****
Saya sangat salut dengan budaya orang Melayu mampu menjadikan sesuatu yang nampak biasa menjadi sangat istimewa dalam nilai jualnya. Menjadikan sebuah hal yang sederhana mampu mengikat hati para pengunjungnya.
Terimakasih atas jamuannya saat itu, semoga semua daerah di Indonesia mampu mempertahankan segala keunikan masing-masing tanpa meninggalkan kearifan lokal yang begitu sarat nilai historisnya. (*)
(YS)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H