WACANA perpindahan ibukota dan penamaan nama ibukota baru Nusantara semakin hari semakin hangat untuk di bicarakan. Terdapat pro dan kontra, hal itu sudah biasa dalam sebuah keputusan. Karena sebagus apapun sebuah keputusan tetap saja ada yang kontra.
Di tinjau dari sejarah masa lalu, bahwasanya di provinsi Kalimantan Timur terdapat kerajaan tertua di Nusantara yaitu kerajaan Kutai Kartanegara dengan rajanya Mulawarman.
Maka sudah selayaknya Kalimantan Timur mendapatkan penghargaan dari negara, memajukan wilayah Kalimantan Timur menjadi pusat dari sebuah negara kepulauan besar Indonesia.
Sedangkan saat ini pulau Jawa sudah sangat padat penduduknya. Dari total 272 juta tersebut, sebesar 56,01 persen terkonsentrasi di Pulau Jawa, ( data : https://dukcapilkemendagri.go.id )
Negara wajib mendapatkan formula jitu untuk menyelesaikan problem tersebut agar laju perpindahan penduduk di pulau jawa dapat di tekan.
Bahkan ada prediksi lebih mencengangkan lagi terkait kondisi Jakarta, bahwasanya :
Prediksi kawasan DKI Jakarta bakal tenggelam 10 tahun ke depan makin santer disampaikan oleh banyak pihak. Belakangan, selain LIPI, LAPAN, NASA, hingga Presiden AS Joe Biden pernah mengutarakan. (Sumber : CNBC Indonesia)
berdasarkan prediksi tersebut diatas sudah sewajarnya perpindahan ibukota dilakukan sesegera mungkin, namun tetap menjaga kaidah-kaidah keseimbangan alam di kawasan terbarunya.
Mengingat Kalimantan adalah pusat hutan dunia. Jangan sampai ketika perpindahan dilakukan maka hutan Kalimantan akan ikut menjadi korbannya. Setiap Master Plan yang di kerjakan wajib menjaga keseimbangan alam dan aneka hayati di dalamnya.(*)
(YS)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H