Mohon tunggu...
M Yusuf Is
M Yusuf Is Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Sosialisator Penggerak Literasi Nasional 2022

Menulis itu ibarat makanan yang terserap dalam tubuh dan menjadi energi yang dahsyat dalam bertindak, Jangan ragu-ragu untuk memberikan yang terbaik. __Tulisan mempunyai hak cipta__ Contact : 085362197826 FB : Muhammad Yusuf Ismail Ar-Rasyidi Tweeter : @ismayusuf Email : Ismailyusuf8@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kuah Pliek, Kuah Khas Aceh

25 Januari 2018   19:13 Diperbarui: 25 Januari 2018   22:23 674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kuah pliek ( Kuah Khas Aceh). Dokumentasi pribadi

Pernah suatu ketika saya bekerja di lembaga sosial swasta bidang pemberdayaan anak yatim, ketika itu ada seorang teman yang datang dari jakarta dia kalau tidak salah dia suku Betawi. Ketika itu kami dalam perjalanan kami saling menceritakan pengalaman-pengalaman unik dan mengenai makanan khas Nusantara, disinggunglah mengenai masakan khas Aceh"Kuah Pliek".bahasa indonesianya adalah Fatarana.

Katanya, Saya tidak mau Kuah pliek karena terbuat dari kelapa Busuk, dia membacanya di artikel yang di dapatnya di Internet. Kataku bahan dasar kelapa beda dengan bahan dasar lainnya karena dalam kelapa itu banyak mengandung minyak dan jamur tidak mudah hinggap dan jenis binatang lainnya sulit  kesana, Walaupun demikian sulit untuk dia percaya argumen yang saya keluarkan.Sesampai disana tepatnya sudah waktu jam makan siang kami mampir ke warung tradisional dekat dengan masjid, kebetulan hari itu adalah jumat dan di hari tersebut di jual menu special kuah pliek, kuah khas aceh tersebut. pertama dia tidak mau kuah pliek tersebut, saya suruh mencobanya sedikit saja, agar dia tahu bagaimana rasanya jangan asal mencomot artikel dari internet.

Akhirnya dia mau mencicipi kuah tersebut, sehingga dengan tak terduga dia menambah porsi makanannya sampai tiga kali, hingga keringatnya nampak keluar dari pori-pori kepalanya menandakan dia begitu menikmati makanan tersebut. Hingga akhirnya dia mengakuinya kepadaku..."wah enak juga yaa".

Itulah kataku, sesuatu itu harus dirasakan dulu baru di bilang tidak enak, bigitu juga dengan aku saat datang ke daerah lain, saya harus merasakan pula makanan khas di tempat tersebut biar saya tahu, selera lidah walaupun terpaut jauh namun tetap bisa di terima oleh perasanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun