Jika sebelumnya perjalanannya ke Gayo Highland, namun kali itu menuju ke Banda Aceh ibukota Provinsi Aceh. Di Banda Aceh banyak sekali Destinasi wisata yang bisa disambangi sehingga jikalau kita belum pernah sekali kesana maka kita akan merasa rugi. perjalanan kali lebih istimewa dari sebelumnya karena anak yatim juga ditemani oleh walinya masing-masing juga bergabung dengan anak yatim wilayah distrik lainnya di Aceh utara. Distrik Nisam dan Nisam Antara.Destinasi yang pertama dituju Masjid Raya Baiturrahman di pusat kota Banda Aceh, masjid tersebut adalah masjid kebanggaan masyarakat Aceh dan Ummat islam pada umumnya, ada perasaan kerugian besar tersendiri bagi masyarakat jika sampai ke Banda Aceh namun belum sampai ke Masjid tersebut, masjid itu lambang perjuangan masyarakat Aceh tempo dulu saat melawan penjajah dan bahkan seorang Jenderal Belanda tewas dihalaman masjid tersebut di pelor oleh para pejuang aceh dikala itu.
salah satu pojok Gedung museum Tsunami aceh.
Setelah melakukan shalat Subuh berjamaah dimasjid baiturahman maka anak yatim dan para wali menuju kemuseum bersejarah Aceh yang dibangun setelah Tsunami melanda Aceh, Museum itu arsitekturnya adalah Walikota Bandung sekarang yaitu bapak Ridwan Kamil, disana para anak yatim menikmati berbagai pojok museum yang menyuguhkan tentang keganasan tsunami yang melanda Aceh, diantaranya helikopter polisi yang rusak, nama-nama korban ditelan gelombang tsunami dan layar monitor di ruangan bawah yang menunjukkan betapa dahssyatnya tsunami itu.
Anak Yatim sedang melihat monitor yang menunjukkan keganasan gambar-gambar keganasan Tsunami tahun 2004
554816-317275095027491-742958095-n-59e473741e52e938a328f742.jpg
setelah itu anak yantim dan para wali juga menyambangi museum Aceh yang tidak terlalu jauh dari dari gedung museum tsunami Aceh duina s juga banyak hal yang ditunjjukkan sehingga menumbuhkan motivasi anak-anak dalam belajar, disana di suguhkan barang-barang antik tempoe dulu aceh, masa kerajaan Aceh, kitab, alat pusaka, tembikar, kaligrafi, alat masak, jingki (Alat penumbuk Beras). Krong ( tempat simpan Padi), batee Aceh ( Batu Nisan Aceh), Photo dan lukisan pejuang Aceh tempoe dulu dimasa kerajaan maupun masa penjajahan melawan belanda. Beruntungnya di museum itu karena kami datang secara kolektif kesana jadi ada pemotongan harga karcis apalagi datangnya bersama para yatim. Jadi tukang karcisnya berbaik hati, mungkin saja berharap berkah dari anak-anak yatim.
mereka melihat-lihat harimau yang sudah di awetkan, sebagai media untuk pendidikan satwa
didepan Komplek Makam Syiah Kuala.
Destinasi terakhir yang dikunjungi adalah Makam ulama besar Aceh yaitu Makam syiah Kuala, tempatnya lebih masuk kepesisir. Disana para anak yatim dan wali dengan khusuk berdo'a duduk di mussala di komplek itu, sebagaimana kita ketahui nama syiah kuala di nisbatkan dengan nama kampus terbesar di Aceh. Nama asli Syiah Kuala adalah Abdul Rauf As'singkili. Beliau ulama besar di masa kerajaan Aceh tempoe dulu.
Itulah perjalanan anak dan wali yatim  binaan OKI Ke Banda Aceh dalam rangka mempelajari tinggalan-tinggalan sejarah tempoe dulu, diharapakan mereka mampu mengingat kembali tentang sejarah masa lalu, sehingga dengan nilai spirit yang ditinggalkan oleh para pendahuly mampu mengompori semangat mereka dalam kehidupan sehari-hari.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
Lihat Travel Story Selengkapnya