Mohon tunggu...
Yosep Berani
Yosep Berani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Orang biasa

Lahir di Lembata Saat ini bekerja sebagai Geologist Hobi baca dan Menulis, Travelling

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Desa Lewogeka

24 November 2019   12:52 Diperbarui: 24 November 2019   12:58 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lewogeka adalah salah satu desa di kecamatan Solor Timur, Kabupaten Flores Timur Propinsi Nusa Tenggara Timur. Secara asal kata (harafiah) kata Lewogeka berasal dari dua kata dalam bahasa Lamaholot yaitu Lewo berarti kampung/desa dan geka artinya tertawa. Jadi Lewogeka bila diterjemahkan secara lugas berarti kampung tertawa. Umumnya masyarakat desa ini memeluk agama Islam. Mata pencaharian mereka adalah bertani dan beternak dengan hasil utama adalah jagung, dan kambing. Selain itu terdapat perkebunan jambu mete dan cendana. Infrastruktur yang ada di desa ini seperti bangunan MIS, masjid, polindes, kantor desa, jalan beton rabat.

Secara geografis desa Lewogeka terletak di Pulau Solor tepatnya sebelah barat desa Menanga ibukota kecamatan Solor Timur. Desa ini lebih tepatnya berada di selatan desa Lohayong 1. Jika kita ingin mencapai desa ini maka kita menempuh rute Larantuka-Menanga/Lohayong dengan menggunakan kapal motor tradisional atau dengan kapal feri (rute Larantuka-Lembata-Alor) kemudian dilanjutkan dengan kendaraan roda dua atau roda empat ke desa Lewogeka.

Secara fisiografi desa ini terletak pada gugusan kepulauan Solor yang dibangun dari kegiatan gunungapi dan pengangkatan oleh kegiatan tektonik. Desa ini berada di dataran pada lereng gunung Napo. Desa ini dibangun di atas litologi/batuan berupa batugamping koral, endapan gunungapi (pasir dan bongkah lava andesit), breksi gunung api, dan dikontrol oleh beberapa struktur geologi berupa patahan dan rekahan. Ditinjau dari segi geologi lingkungan desa ini memiliki potensi.

Potensi utama adalah bahan tambang berupa bongkah batuan lava andesit  yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan fondasi rumah maupun jalan. Selain itu tanah di desa ini memilki tingkat kesuburan tinggi yang dapat dimanfaatkan untuk pertanian dan perkebunan. Selain itu jika mengacu pada tatanan stratigrafinya wilayah desa ini merupakan zona resapan (recharge) dan lepasan (discharge) airtanah yang cukup luas. Hal ini juga dibuktikan dengan kemunculan mataair yang sudah dimanfaatkan sebagai air minum. Walaupun demikian persoalan terbesar yang dialami masyarakat adalah kesulitan air pada musim kemarau. Selain itu aspek kebencanaan lain adalah berupa gerakan tanah tipe rolling dan falling dan banjir lahar pada musim penghujan.

Di desa ini nyaris tidak ada air sumur gali. Menurut beberapa keterangan pernah dilakukan penggalian sumur air tanah sedalam 28 meter di halaman depan masjid Lewogeka tetapi hasilnya nihil. Batuan yang ditemukan selama penggalian ini adalah berupa endapan gunungapi berupa material campuran pasir, kerikil dan bongkah lava andesit.

Masyarakat desa ini menggantungkan kebutuhan air minium pada mata air yang berada di lereng Gunung Napo yaitu mata air Wailelu. Mataair ini memiliki debit kurang lebih 0.1 L/detik. Air dari mata air ini kemudian disalurkan di bak induk dan selanjutnya dilanjutkan ke bak penampung yang berada di desa.

Setiap kepala keluarga berhak mendapatkan bagian 2 ember mateks dalam jangka waktu tidak tentu. Untuk kebutuhan air mandi dan cuci mereka harus mengambilnya dari desa tetangga Lohayong yang secara topografi berada lebih rendah dari desa lewogeka dengan beda tinggi yang relatif besar dan jarak tempuh yang cukup jauh dan menguras energi. Selain itu masyarakat juga biasa membeli air dari mobil-mobil tangki penyedia air. Wajar jika bila kita masuk desa ini ada pemandangan yang menarik bahwa setiap rumah memiliki profil tank/tangki air berwarna kuning bertuliskan 1100 L.

Pada jaman pemerintahan kepala Desa Mahlin Gunawan, dengan dukungan dana desa pada bulan Juli-Agustus 2016 dilakukan pengeboran airtanah tepat di depan rumah Kepala Desa. Pengeboran ini menembus kedalam 70 m dengan susunan litologi berupa endapan gunungapi, lava dan breksi gunungapi. Debit air sumur bor ini cukup besar. Kemungkinan akuifer sekunder juga berperan seperti kekar dan sesar sehingga terdapat air pada cekungan ini. Pada acara peresmian sumur bor ini pada tanggal 25 Agustus 2016 Kades mengaku sangat puas dengan pencapaian ini, hal senada juga diungkapkan warganya yang selama ini menantikan uluran tangan pemerintah.

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun