Mohon tunggu...
Yose Hendra
Yose Hendra Mohon Tunggu... -

Ah aku ini siapalah, belum ada apa²nya dan belum pantas buat Autobiografi... Interaksi dg aku, ya lewat e-mail aja (yosehendra85@gmail.com) (www.doktorbencana.wordpress.com)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Si Rambay

20 Agustus 2010   21:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:50 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sebutlah namanya si Rambay. Dia seorang gadis cantik yang baru saja lulus dari sebuah SMK di kota bekas base camp PKI dulunya. Kulitnya kuning langsat nan mulus menjadikan dia idola bagi pemuda di nagarinya.

Konon katanya, si Rambay telah membuat bangga keluarganya. Sebagai anak pertama, si Rambay mungkin menjadi contoh yang baik bagi adik-adiknya dalam urusan pendidikan. Betapa tidak, saat beribu-ribu orang bertarung memperebutkan jatah kursi di perguruan tinggi negeri, si Rambay telah telah meletakkan kakinya di sebuah perguruan tinggi negeri di Kota Padang. Si Rambay meraihnya lewat jalur PMDK dari sekolahnya. Pemuda nagari semakin tergila-gila pada si Rambay meski hanya dalam fantasi.

Sebentar lagi si Rambay akan menyandang status mahasiswi. Status ini akan semakin membuat gap si Rambay dengan para pemuda-pemudi di kampungnya. Konon, mahasiswi gengsi ketika harus bergaul dengan pemuda-pemuda yang tidak tau ujung pangkalnya. Status mahasiswi otomatis akan mengangkat derajat keluarga. Katanya, mahasiswi harus jaim untuk menjaga wibawa dan gengsi status yang disandang.

Si Rambay tidak terlalu memikirkan fenomena itu. Dia yang berasal dari kampung akan berusaha beradaptasi dengan kota yang akan segera di huninya. Persetan dengan omongan orang kampung tentang mahasiswi, yang penting lulus kuliah tanpa SPMB adalah suatu yang membanggakan. Pikir si Rambai tidak lagi pada nagarinya yang masih tertinggal. Nagari si Rambay, rok adalah pakaian ideal buat gadis. Dan nagari si Rambay sering ketinggalan gossip selebritis terbaru. Maklum hanya dapat RCTI dan televisi lokal.

Suatu hari, menjelang dua minggu migrasinya ke kota om Fauzi Bahar, si Rambay bertemu dengan seorang asing nan rupawan. “Love at first sight ama dia,” curhat si Ramai yang nantinya kuliah di jurusan bahasa internasional itu.

Wajahnya sangat ganteng, tinggi semampai, dengan kulit kuning langsat khas Indonesia. Laki-laki itu sungguh mempesona, memikat hati wanita manapun. Si Rambay grogi ketika berhadapan dengan laki-laki itu. Sebut saja namanya Alex. Sebuah nama yang keren.

Pandangan pertama begitu mempesona selanjutnya terserah anda. Adagium ini di amini si Rambay dengan pilihan “aku telah jatuh cinta”. Pertemuan pertama telah membawa fantasi si Rambai pada dunia kampus. Konon, katanya di kampus akan banyak berjumpa pria berwajah ganteng dan tajir. Hati si Rambay telah kepincut pada laki-laki itu.

Pertemuan pertama adalah suatu penyesalan bagi si Rambay. Harap laki-laki itu datang, kembali hanya kesia-siaan. Si Rambay sangat kecewa, pertemuan pertama tanpa membuahkan hasil. Nomor hanphone Alex belum didapat, untuk merajut pertalian lebih lanjut.

Pertemuan berdurasi setengah hari dalam suasana keramaian tidak membuahkan suatu kenangan yang berarti. Maksud pria datang ke nagari si Rambai adalah bekerja. Kerja sosial sehari tanpa keperluan lain. Si Rambay yang memandang dari awal kedatangan, bagi Alex adalah sebuah kepolosan gadis kampung.

Untuk menarik perhatian, si Rambay menyibukkan diri dalam tim kerja Alex . Si Rambay menunjukan bahwa dia adalah pemudi yang aktif di kampungnya. Hal pertama yang dilakukan adalah jamuan. Mungkin memberi minuman teh akan memberi stigma yang berbalas respon. Firasat si Rambay hanya bisa bercerita dalam hati, karena Alex tampak begitu cuek.

Gadis lugu ini adalah perempuan titisan Siti Manggopoh. Pantang menyerah dan berjiwa patriotik mempertahankan keyakinannya. Si Rambay begitu yakin bisa memiliki hati pria tampan itu. Dia memacu dan meyakinkan dirinya bahwa si tampan itu miliknya kelak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun