Mohon tunggu...
Yosefina Safira Intan
Yosefina Safira Intan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Belajar di Universitas Sebelas Maret

Mahasiswa, senang menulis puisi. Siapa tau dibaca kamu, mereka dan diriku di masa depan. Suku Manggarai, Flores. Saat ini lagi berkelana dengan tujuan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ramai Framing Pemberitaan Pilkada Serentak 2024!

27 November 2024   02:28 Diperbarui: 27 November 2024   03:10 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pemerintah sudah menetapkan Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tanggal 27 November 2024. Hari-hari menjelang pemilihan tentunya suasana politik pada media daring bervariasi.  Beragam portal berita online dan media sosial cukup ramai menyajikan informasi-informasi terkait Pilkada. 

Pemberitaan yang muncul pada media tentunya tidak benar-benar mencerminkan suatu realitas atau bukan realitas pertama, melainkan second reality. Artinya, Media membingkai (framing) informasi kepada audiens. Dalam konteks ini, saya tertarik untuk menyampaikan beberapa gagasan tentang bagaimana teori framing terlibat dalam pemberitaan Pilkada. 

Saya jadi teringat pada pernyataan Dosen Mata kuliah Etika dan Filsafat di kelas, pemberitaan yang kita lihat pada media-media sudah melewati proses pemilihan, artinya ada jurnalis atau wartawan di baliknya. Wartawan pasti melihat suatu peristiwa dengan perspektif mereka sendiri  serta mempertimbangkan nilai-nilai medianya. Dalam memilih fakta, pasti ada bagian yang tidak diberitakan, dan bagian-bagian tertentu ditekankan atau bisa mengaitkan isu-isu yang lain.

Hal ini didukung oleh Robert N. Entman dalam konsep model framingnya, bahwa pembingkaian digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan memungkinkan media untuk menampilkan bagian tertentu dari kenyataan. Dalam model Entman, pembingkaian dapat didefinisikan sebagai penyebaran informasi dalam konteks tertentu sehingga masalah tertentu menerima alokasi yang lebih besar daripada masalah lainnya.

Media memiliki peran yang strategis dalam menganalisis, menafsirkan sebuah opini, isu sosial yang akan berdampak negatif atau positif. Dalam proses framing khususnya isu politik, dominan dipengaruhi oleh kata-kata atau bahasa yang digunakan. Seberapa besar pengaruh bahasa dalam mengubah persepsi publik pada suatu peristiwa. Kita sebagai pembaca, selalu kena jebakan dalam melihat suatu berita. Bukan hanya soal Politik saja tapi pada isu-isu lainnya juga. 

Banyaknya konflik terjadi karena hanya membaca judul atau membaca setengah dari keseluruhan informasi yang tersedia. Pembingkaian suatu peristiwa dalam media juga bisa dilihat dari latar belakang media bagaimana, visi-misi media seperti apa dan hal-hal yang relavan dengan media tersebut bagaimana. Ada banyak hal maksud dan tujuan satu realitas. 

Konsep pembingkaian media didefinisikan sebagai proses mediasi di mana media yang menggambarkan kelompok sosial dan mengaktifkan rencana yang mempengaruhi kemungkinan dan keinginan individu untuk menyampaikan perasaan mereka terhadap kelompok sosial tersebut.

Eriyanto tahun 2002 dalam buku "Analisis Framing Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media" menjelaskan bahwa dalam dunia penelitian, banyak sekali akademisi menggunakan Analisis framing untuk melihat bagaimana media membingkai suatu isu. Ingin mengetahui bagaimana realitas atau fenomena dikonstruksi dalam pemberitaan media. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun