Mohon tunggu...
Yosefina
Yosefina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

halo saya suka denger musik hehe

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pak Papat Seorang Tukang Becak yang Menanti Penumpang Tak Kunjung Datang

6 Juni 2023   20:06 Diperbarui: 6 Juni 2023   20:09 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kelompok 3 Mata kuliah umum Pendidikan Kewarganegaraan, Universitas Jember melakukan wawancara kepada seorang tukang becak untuk memenuhi tugas dari Bapak Wajihuddin, S.Pd., M.Hum. yaitu melakukan observasi terhadap permasalahan yang ada pada masyarakat sekitar. Kami melakukan wawancara dan bakti sosial, dimana kami mewawancara tukang becak dan setelah itu kami memberi sedikit kebutuhan rumah tangga dan uang tunai yang kami harap pemberian tersebut dapat membantu beliau dan keluarganya.

Tujuan dari kegiatan ini yaitu supaya Mahasiswa memahami secara lebih mendalam situasi dan tantangan yang dihadapi masyarakat sekitar yang membutuhkan dan dapat berinteraksi dengan mereka. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi masalah – masalah utama yang dihadapi oleh masyarakat yang kurang mampu meliputi kemiskinan, pengangguran, diskriminasi dan ketidakadilan sosial lainnya. Dari kegiatan ini juga kami dapat mengetahui harapan apa yang diharapkan oleh masyarakat yang kurang mampu.

Angkutan becak adalah transportasi umum yang dalam beberapa tahun terakhir mengalami penurunan minat dan popularitas di beberapa daerah. Faktor-faktor seperti kemajuan teknologi, perkembangan infrastruktur, dan perubahan preferensi masyarakat telah berkontribusi terhadap kurang diminatinya angkutan becak pada zaman sekarang. Kemunculan transportasi modern seperti ojek online, bus, dan kereta api yang lebih efektif dan efisien, serta kenyamanan kendaraan pribadi, telah menggeser peran angkutan becak. Selain itu, angkutan becak juga dianggap kurang praktis untuk perjalanan jarak jauh atau di area perkotaan yang padat. Meskipun demikian, angkutan becak tetap memiliki nilai budaya dan sejarah yang penting, dan upaya pelestariannya perlu dilakukan untuk menjaga warisan transportasi yang berharga.

Pada tanggal 21 Mei 2023 kami melakukan wawancara dengan tukang becak yang sedang mangkal di Bundaran DPRD Jember. Tukang becak itu sedang duduk sendirian di tepi jalan sambil menatapi jalan raya yang begitu banyaknya orang berlalu lalang. Kami pun menghampiri tukang becak yang bernama Bapak Papat itu.

Pak Papat, seorang tukang becak berumur 70 tahun yang setiap harinya mengayuh becak untuk bertahan hidup ditengah banyaknya transportasi umum yang sudah berkembang dan mudah dijangkau. Pak Papat sudah menekuni profesinya sebagai tukang becak selama 7 tahun dengan berbagai kesulitan yang beliau alami selama menjadi tukang becak. Ia memiliki 3 orang anak dan rumahnya bertempat di Jalan Koptu Berlian, Jambutan, Antirogo, Kec. Sumbersari, Kabupaten Jember, Jawa Timur. Tubuhnya sudah tua namun beliau harus tetap gigih mengayuh becak untuk menghidupi keluarganya. “Mangkal hari ini belum ada penumpang sama sekali, biasanya juga sehari cuma dapet 10 ribu sampe 15 ribu” ucap Pak Papat yang setiap harinya menunggu penumpang sedari jam 7 pagi hingga jam 10 malam.

Angkutan becak pada zaman sekarang memang kurang diminati karena banyaknya transportasi umum yang lebih efektif dan efisien.  Tidak menutup mata, kami pun sebagai mahasiswa memang sudah jarang bahkan tidak pernah menaiki becak sebagai transportasi. Seiring berkembangnya jaman, transportasi umum pun sudah berkembang dengan adanya ojek online yang sangat mudah dijangkau dan lebih diminati oleh orang – orang dari berbagai kalangan. Namun Pak Papat tentunya selalu berharap supaya angkutan becak selalu diminati oleh masyarakat.

Selama menjadi tukang becak, Pak Papat juga seringkali mendapat bantuan dari pemerintah. “Biasanya saya dapet bantuan beras 5 kg dan uang 200 ribu sampe 400 ribu” ucap Pak Papat. Beliau memiliki harapan kepada pemerintah untuk lebih memberi perhatian dan bantuan kepada orang – orang sepertinya.

Sebagai Mahasiswa kita dapat membantu Pak Papat dan tukang becak lainnya. Bentuk bantuan yang bisa kita lakukan yaitu sesekali menaiki angkutan becak sebagai transportasi. Selain membantu mereka mencari nafkah, hal tersebut juga dapat mempertahankan budaya masyarakat Indonesia.

Kesimpulan yang bisa diambil dari wawancara ini yaitu keadaan masyarakat di sekitar berbeda – beda dan banyak yang memiliki permasalahan yang bermacam – macam. Sebagai Mahasiswa kita menjadi tahu bagaimana menyikapi permasalahan yang ada pada masyarakat sekitar, terutama tukang becak. Banyak hal yang dapat kita lakukan untuk membantu mereka. Karena pada dasarnya manusia seharusnya saling membantu yang membutuhkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun