Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Pilkada 2024 dan Ritual Adat Akal-akalan

7 Desember 2024   11:58 Diperbarui: 7 Desember 2024   12:11 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ritual Adat di perbatasan Timor Leste (Foto: Palce Amalo/Media Indonesia)

Pilkada 2024 dan Ritual Adat Akal-Akalan

Hingar bingar Pilkada 2024 telah usai. Pihak yang menang telah merayakan kemenangannya. Sementara pihak yang kalah mungkin dengan terpaksa menerima kekalahan, tetapi itulah yang terjadi. 

Dalam sebuah perhelatan politik dan persaingan, selalu ada pihak yang menang dan ada yang kalah. Tidak bisa semuanya menang. Sebaliknya juga tidak bisa semuanya kalah. Ada yang menang secara terhormat, namun ada juga yang kalah secara terhormat. Maka semua pihak harus menerima kenyataan tersebut.

Pilkada 2024 secara realita telah berakhir. Namun masih juga menyisahkan beberapa pengalaman pahit dan manisnya.  Ternyata untuk memasuki perhelatan politik, banyak praktek dilakukan, baik secara logis, artinya bisa diterima oleh akal sehat, tetapi ada juga melakukan praktek-praktek secara magis.

Baca juga: Ritual Ta

Karena itu menurut penulis adalah baik untuk didalami di sini pengalaman-pengalaman mitis magis yang dilakukan oleh oknum paslon tertentu yang disebut sebagai ritual adat guna mempengaruhi para arwah dan leluhur untuk merestui dan memberikan dukungan kemenangan.

Br. John Tanouf, SVD seorang Biarawan dan Sekretaris Yayasan Bentara Sabda Timor menulis dalam Majalah Warta Flobamora, sebagai berikut:

"Menjelang setiap hajatan politik, bakal calon eksekutif dan legislatif menggunakan berbagai trik untuk memikat hati rakyat sebagai pemilih agar dapat terpilih sebagai pemimpin baik eksekutif maupun legislatif di semua jenjang. Salah satu trik yang makin marak dipraktekkan belakangan ini adalah mencari dukungan dengan mendatangi ketua-ketua suku atau pemangku adat dan melakukan ritual adat di rumah adat atau tempat-tempat sakral milik masyarakat adat."

Pertanyaannya adalah mengapa justru ketua-ketua suku atau ketua adat yang menjadi sasaran bidik bagi para bakal calon eksekutif dan legislatif itu?

Menurut John Tanouf,  ada dua alasan utama, yaitu:

Pertama, dengan melakukan pendekatan terhadap ketua suku, mereka dapat memperoleh restu dan dukungan langsung dari kepala suku atau pemangku adat. Maka kepala suku selanjutnya akan meminta atau menyampaikan kepada para anggota sukunya untuk memilih bakal calon bersangkutan dengan istilah, 'Ini yang kita punya!' 

Semakin besar jangkauan dan banyaknya anggota suku, memberi kemungkinan dukungan lebih banyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun