Untuk menjadikan siswa berbau buku dan berbau perpustakaan, kiranya tidak ada cara lain selain mulai dari GURU. Guru harus bisa membaca dan menulis.Â
Pertanyaannya, sejauhmana para guru kita dewasa ini memiliki kebiasaan dan semangat untuk membaca buku? Bagaimana kalau guru sendiri kurang membaca, lalu ia mau mewajibkan siswanya untuk membaca?Â
Bagaimana dengan pernyataan: 'Verba docent, exempla trahunt', 'Kata-kata mengajar, tetapi teladan menarik.' Guru harus menjadi teladan dalam membaca.
Dulu ketika penulis masih SMP, seorang guru pernah mengatakan, "Kalau mau jadi orang pintar, harus rajin-rajinlah membaca, Dan kalau mau jadi kutu buku, Anda harus bisa merekatkan 'pantat' (maksudnya: kedudukan) Anda pada kursi."
2. Â Guru Memberi Tugas Membaca kepada Siswa
Guru harus membiasakan dirinya untuk selalu membaca setiap hari, lalu menugaskan siswanya untuk membaca di perpustakaan setiap saat, setiap hari.Â
Setelah memberi tugas kepada siswa untuk membaca buku apa saja, menuliskannya kembali, lalu mengumpulkannya kepada guru. Tugas guru selanjutnya adalah memeriksa, artinya membaca kembali tugas yang telah dijalankan siswa, dan memberi nilai terhadap hasil bacaan dan tulisan siswa.
Hanya dengan 'memaksa' seperti itu, kita bisa mencapai kualitas literasi yang diharapkan.
3. Â Menugaskan kepada Orang Tua untuk Tugas yang sama
Apa yang telah dilakukan di sekolah, hendaknya diteruskan juga di rumah. Siswa memiliki lebih banyak waktu di rumah. Maka kepada orang tua juga diminta untuk melakukan tugas yang sama kepada  anak-anaknya di rumah.Â
Dengan demikian antara guru di sekolah, siswa dan orang tua di rumah memiliki tugas dan keprihatinan yang sama untuk meningkatkan kualitas literasi membaca dan menulis untuk menjadikan para siswa berbau buku dan berbau perpustakaan.