Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Umumnya Wanita Lebih Bertahan Hidup Melajang daripada Laki-laki

17 November 2024   22:35 Diperbarui: 17 November 2024   22:45 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perkawinan. Data BPS menyebut makin banyak anak muda yang menunda menikah Foto: Kandara Law 

Kemandirian inilah yang pada akhirnya membuat perempuan lajang menjadi lebih percaya diri dan mengalami pertumbuhan dan pengembangan potensi diri. Untuk itu ia tidak merasa rugi bila tidaj menikah.

2. Wanita lajang Lebih memilih menjalani kehidupan yang aktif

Pernikahan ataupun memiliki pasangan terkadang membuat seseorang terikat dengan tugas dan tanggung jawab rutin. Misalnya harus mengurus rumah, anak, serta hal-hal lain yang mengiringi kehidupan berumah tangga. 

Hal-hal demikian tidak akan dilakukan oleh perempuan lajang sehingga mereka bisa menjalani kehidupan yang lebih aktif, bebas, dan fleksibel.

3.  Wanita lajang memiliki banyak kesempatan untuk Mencoba Hal Baru dan Menemukan Banyak Passion

Menjadi wanita lajang membuka kesempatan untuk mencoba hal-hal baru dan menjalani beragam passion. Maka banyak wanita merasa kesulitan bila sudah menikah atau berkomitmen dalam hubungan.

Wanita single juga mempunyai banyak kesempatan untuk mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang siapa dirinya. Ketika mereka memiliki lebih banyak kebebasan berpikir dan bertindak, ini yang akan membuat mereka lebih bahagia dibandingkan para ibu rumah tangga.

Kesimpulan

Berdasarkan data dan pengalaman membuktikan bahwa secara umum wanita lebih bertahan hidup melajang daripada laki-laki. Terlebih disebabkan oleh faktor tuntutan ekonomi. 

Kondisi ekonomi global yang merosot dapat memicu kekhawatiran terhadap kesenjangan keuangan setelah menikah. Karena itu seorang wanita akan berpikir matang-matang sebelum menikah.

Wanita sering menjadi tulang punggung finansial keluarga, dan memiliki beban tanggung jawab atas masa depan adik-adiknya, sehingga terpaksa ia harus menundah untuk menikah.

Ada wanita lain yang harus menunda untuk menikah karena belum menemukan pasangan yang pas. 

Ada juga wanita lain yang tidak mau menikah karena ada pengalaman traumatis yang pernah dialaminya, termasuk takut menghadapi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

Namun kita juga tidak boleh memungkiri bahwa ada beberapa wanita yang 'terpaksa' kawin muda juga karena tuntutan banyak hal. Jadi setiap keputusan yang seseorang ambil entah untuk cepat menikah atau menunda menikah sangat tergantung pada motivasi, alasan dan faktor-faktor lainnya. Dengan menunda menikah dapat menyebabkan angka perkawinan turun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun