Dalam sebuah buku yang menarik tentang komunikasi suami isteri dalam perkawinan, Jonathan Kuntaraf dan Kathleen Liwidjaja-Kuntaraf (1999: 6) mengemukakan adanya tiga permasalahan utama yang sedang melanda keluarga-keluarga masa kini.Â
Ketiga masalah utama itu adalah: pertama, berkurangnya saling pengertian di antara suami isteri; kedua, berkurangnya tekad untuk tetap tinggal dalam keadaan menikah; dan ketiga, berkembangnya harapan-harapan yang tidak realistis terhadap perkawinan itu sendiri.
Lalu sebuah tesis berupa pertanyaan diungkapkan: "Bagaimana anda dapat membentuk sebuah rumah tangga yang akan bahagia yang memiliki kebahagiaan lestari?"
Terhadap pertanyaan tersebut pasangan suami isteri penulis ini mengatakan bahwa pada zaman yang serba canggih ini, ternyata komunikasi keluarga memegang peranan penting yang banyak menentukan kebahagiaan atau kehancuran rumah tangga manusia.
Untuk menguatkan argumen mereka tentang pentingnya komunikasi keluarga, mereka mengutip Nancy L. Van Pelt dalam bukunya Compleat Communication yang telah membuat suatu penelitian terhadap 730 Penyuluh Pernikahan.
Dalam penelitian itu, Van Pelt pada akhirnya menyimpulkan bahwa sesungguhnya terdapat 10 penyebab utama hancurnya suatu perkawinan atau keluarga.
Dan salah satu dari ke-10 penyebab hancurnya perkawinan adalah kehadiran atau komunikasi dengan mertua dalam perkawinan.Â
**
Chemistry adalah suatu perasaan saling terhubung yang tumbuh di antara dua individu. Adanya perasaan saling terhubung itu tentu bukanlah sesuatu yang langsung jadi, tetapi terjadi melalui suatu proses saling mengenal yang membutuhkan waktu. Proses pengenalan itu terjalin melalui komunikasi dan interaksi yang intens dan terus menerus.
Demikian pun chemistry mertua dan menantu tentu tidak begitu saja terjadi. Sebab bila tidak dirajut dengan baik, maka akan menyebabkan terjadinya konflik. Dan bila konflik itu terjadi maka bersiap-siaplah untuk menanggung resikonya.Â