Jari Telunjuk (panuduh), bentuknya lebih panjang dari ibu jari, tapi lebih pendek dari jari tengah.
Jari Tengah (panunggul), bentuknya lebih tinggi, tapi tidak sebesar ibu jari.
Jari Manis (manis), bentuknya lebih pendek dari jari tengah, tapi lebih besar dari kelingking.
Jari Kelingking (jentik), bentuknya paling kecil dan pendek.
Selanjutnya mari memahami makna teologis dari kelima jari tersebut. Didalamnya kita memahami apa maksud dan rencana Tuhan bagi kehidupan manusia?
Ibu Jari (jempol) adalah Jari Doa.Â
Sebagaimana 'di doa ibuku namaku' disebut dengan jari jempol bagi umat kristiani biasanya dipakai untuk memberkati atau menandai anak-anak dengan tanda salib pada dahi mereka. Setiap orang tua menggunakan ibu jarinya untuk memberi tanda salib pada dahi anaknya ketika dibaptis atau hendak ke se kolah dan lain-lain.
Doa adalah aktivitas utama dalam kehidupan manusia beriman. Hal itu ditunjukkan Tuhan dalam bentuk jari jempol yang lebih besar dari jari-jari lainnya. Hasil dari doa adalah menjadi orang baik. Setiap orang yang baik selalu diberi jempol.
Karena itu kalau dalam kehidupan ini orang mengabaikan doa, berarti ia tidak memiliki ibu jari. Semua agama mengajarkan doa dan ibadah.
Jari Telunjuk (panuduh) adalah Jari Firman, Petunjuk Hidup (Kitab Suci).
Sebagai orang beriman petunjuk hidup itu adalah dalam Kitab Suci atau Alqur'an atau Kitab suci agama lainnya. Dengan jari telunjuk kita biasa menunjuk orang lain, maka seharusnya kita lebih banyak membaca dan mendalami Firman Tuhan dalam Kitab Suci sehingga menjadi petunjuk untuk kehidupan kita.
Kalau ada orang yang selama hidupnya tidak pernha membaca Kitab Suci, ia diibaratkan dengan orang yang hidup tanpa jari telunjuk. Itu orang cacat. Semakin banyak orang membaca Kitab Suci dan mendalaminya, hidupnya semakin terarah kepada Tuhan dan kebaikan.
Jari Tengah (panunggul) adalah Jari Sakramen.
Bagi umat kristiani khususnya umat Katolik mengenal adanya tujuh sakramen, dan Ekaristi merupakan sumber dan puncak hidup kristiani.Â