"Perbedaan budaya seharusnya tidak memisahkan kita satu sama lain, melainkan keragaman budaya membawa kekuatan kolektif yang dapat bermanfaat bagi seluruh umat manusia" (Robert Goldberg Alan).
Apa yang diungkapkan Goldberg ini semakin menguatkan pandangan kita akan kearifan lokal dari berbagai masyarakat di planet bumi yang begitu kaya dan beragam. Kekayaan dan keberagaman budaya dan kearifan lokal itu menjadi kekuatan suatu masyarakat yang apabila dimanfaatkan dengan baik, akan berdayaguna dan mendatangkan manfaat yang besar.
Para Kompasianer tentu menyaksikan sendiri dalam pergumulan hidup saat ini bahwa hari-hari ini hampir seluruh jagat maya kita dikuasai oleh berbagai promosi dan iklan. Semuanya itu tentu tidak lain untuk menunjukkan segala kemajuan dan modernisasi yang dialami dunia dewasa ini.
Namun yang menarik bagi saya bahwa saat ini ketika kita akan menghadapi gong Pemilu Serentak untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden RI, juga para anggota parlemen kita baik di pusat, propinsi, maupun kabupaten/kota. Secara pribadi saya kurang menemukan figur caleg yang mengangkat isu dan mengusung kearifan lokal sebagai materi perjuangannya di parlemen kelak.
Banyak tokoh memberi perhatian pada berbagai isu global, namun tidak begitu banyak tokoh kita yang memberi atensi pada isu kearifan lokal. Pada hal ketika seseorang mengangkat dan menggaungkan isu pelestarian kearifan lokal dalam misi dan perjuangannya, justru akan mendapatkan banyak dukungan.
Beruntunglah bahwa di tengah-tengah kesibukan menghadapi perhelatan politik terbesar dalam sejarah republik ini, yaitu Pemilu Serentak 2024, penulis bertemu dengan seseorang bernama Yohanes Taus, S.Ag. S.Sos, yang kemudian baru kutahu bahwa beliau calon legislatif di tingkat DPRD Kabupaten Timor Tengah Utara.
Kami berdiskusi seputar kearifan lokal masyarakat yang akan ia bawa dan suarakan bila ia terpilih menjadi anggota parlemen. Ada bermacam kearifan lokal yang dimiliki dan dihayati oleh suatu masyarakat manusia. Tidak terkecuali masyarakat di Kabupaten Timor Tengah Utara yang biasa dikenal dengan Atoin Pah Meto.
Kearifan lokal itu sendiri merupakan bagian dari budaya suatu masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dari bahasa dan kehidupan masyarakat itu. Dikatakan kearifan lokal karena telah diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui cerita atau dongeng dari mulut ke mulut.
Karena itu, ketika kita sudah berada di dunia post modern ini, semua itu tentu saja harus dilestarikan, supaya dapat dikenal dan diketahui oleh anak, cucu dan cece kita ke depan.
Maka penulis mengajak para pembaca dan Kompasianer untuk mengenal 5 (lima) kearifan lokal yang sekaligus menjadi keutamaan masyarakat Atoin Pah Meto di Timor Tengah Utara. Kalau kita sudah tahu dan kenal, pada gilirannya kita berusaha melestarikannya melalui media tulis, media cerita, dan media pembelajaran lainnya.