Para sahabat Kompasianer mau tahu kapan pengalaman pertamaku minum jamu? Sebagaimana kita ketahui jamu adalah obat tradisional milik bangsa Indonesia yang biasanya dibuat atau diracik secara tradisional yang terdiri dari bahan-bahan alami dan herbal.
Pengalaman pertamaku minum jamu sekitar bulan Desember tahun 1993. Wah sudah lama ya. Bagaimana rasanya jamu itu dan apa khasiatnya bagi tubuh?
Ya waktu itu, penulis mengikuti sebuah kegiatan berskala nasional di kota Gudeg Yogyakarta. Untuk pertama kalinya penulis menginjakkan kaki di kota Kraton Ngayogyakarta itu.Â
Sebenarnya bukan hanya pertama kali ke Jawa, tapi juga pengalaman pertama minum jamu tradisional alias jamu pikul atau jamu gendong. Dasar kampungan banget...Â
Waktu pertama mau minum masih pikir-pikir,rasanya gimana ya. Mau nawar masih ragu-ragu. Tapi kepingin juga, lihat teman-teman lain, terutama para bapak-bapak yang berdampingan kamar pada minum.
Apalagi si mbak yang nawarin jamu bilang "enak, mas!"Â
Akhirnya saya pun mencoba pada pagi pertama ya kucuba minum jamu beras kencur. Mula-mula untuk meneguknya satu kali hampir-hampir tidak bisa. Maaf, tidak biasa minum, hal-hal seperti itu. Sekali lagi maaf, saya harus tutup hidung dulu baru bisa telan semuanya.
Namanya saja pengalaman pertama. Tapi pada pagi kedua, mbak penjual jamu nawarin lagi,katanya, "Mas coba yang lain?" Lagi-lagi naluri rasa ingin tahuku muncul lagi.
Sebagai pendatang baru, saya membolak-balik penjelasan pada kulit kemasan jamunya. Kata mbak jamu, "Mas, yang ini biar kuat", katanya. Lagi-lagi waktu itu penulis masih muda, belum begitu tahu tawaran 'biar kuat' dari Mbak Jamu.Â
Pada kali kedua saya mencoba menikmati jamu pegal linu, kata si mbak, "biar badan jadi enak". Ya betul juga rasanya.Â