Dan jangan lupa, burung merpati juga menjadi lambang bagi Roh Kudus yang hinggap di atas kepala Yesus (Nabi Isa) ketika Ia dipermandikan oleh Yohanes di sungai Yordan, yang diyakini oleh umat Kristiani sebagai penyemangat dan penjiwa Gereja.
Dalam masyarakat Timor Barat, burung Murai (Kolo'Kotos) memiliki peranan yang penting. Sekurang-kurangnya dalam kearifan lokal Timor, ada dua peran penting dari burung Murai atau Kolo'Kotos dalam kehidupan masyarakat Timor, yakni:
Pertama: Burung Murai / Kolo'Kotos Sebagai Penanda Datangnya Pagi.Â
Ada dua kiasan yang diberikan masyarakat Dawan atau Atoni Pah Meto terhadap kicauan burung Murai pada pagi hari yaitu:
Pertama, "Kotkotsanbisu" artinya ketika Murai berkumur, maksudnya pagi-pagi benar.Â
Kedua, "Kotkotsenlisuk" artinya Murai bernyanyi, maksudnya pagi-pagi sekali (hampir siang).
Yang menarik bahwa orang atau masyarakat  Timor, khususnya para petani sudah membedakan dengan jelas suara burung Murai tersebut. Suara atau bunyi Murai pada kiasan pertama, berbeda dengan bunyi atau suara Murai pada kiasan kedua.
Ketika para petani Timor mendengar kicauan pertama, mereka mulai sadar dari tidur bahwa pagi hari hampir tiba sekira pukul 02 dini hari. Maka para petani mulai bangun dari tidur untuk mempersiapkan bekal yang akan dibawa ke kebun atau ladang.
Dan pada kicauan kedua memberi tanda bahwa matahari hampir terbit sekira pukul 04 pagi. Para petani mulai bergegas ke kebun agar jangan sampai mereka kesiangan diperjalanan menuju kebun. Sebab apabila mereka tiba terlambat ke kebun, menurut kepercayaan masyarakat Timor (Dawan), sudah ada orang lain yang terlebih dahulu tiba dan membobol kebun mereka (misalnya pencuri atau babi hutan atau sapi).
Kedua: Burung Murai/Kolo'Kotos Sebagai Pembawa Berita atau Pemberitahuan tentang kedatangan tamu.
Menurut Pastor Yohanes Paulus Naben, burung Murai atau Kolo Kotos di saat tertentu di siang hari bila berkicau, orang yang mendengar akan menyahut, "mungkin ada tamu yang bakal datang", terutama keluarga dekat.
Bahkan bagi banyak orang Timor, mereka sudah memberi tanda tertentu, misalnya ketika burung Murai berkicau itu hinggap pada pohon tertentu, mereka sudah memiliki feeling pasti orang tertentu yang datang.
Seperti yang disampaikan Pastor Yohanes Paulus Naben bahwa kalau burung Murai yang berkicau itu hinggap pada pohon jambu air di pinggir kali dekat rumah mereka, mereka akan hitung berapa kali Murai itu berkicau, lalu mereka akan mengatakan itu pasti Om Bruder Agus Banu SVD yang saat itu sedang kuliah di Kupang pasti datang. Dan ternyata beberapa kali hal itu betul terjadi.