Sebagai Presiden Republik Indonesia yang Petahana, seluruh sepak terjang beliau sudah pasti selalu menjadi  sorotan utama dalam berbagai media sosial baik cetak maupun digital dan elektronik.
Apapun yang beliau lakukan atau katakan sudah pasti akan menjadi berita menarik baik dalam hal yang positif maupun yang negatif. Bahkan tidak tanggung-tanggung menjadi bahan 'olok-olokan', meskipun hal itu tidak sepantasnya dilakukan bagi seorang Presiden kita.
Presiden RI ke-7 yang sekaligus menjadi presiden Indonesia pertama yang bukan berasal dari elite politik atau pun dari militer ini sangat terkenal dengan program 'blusukan'nya itulah yang menjadikan beliau terpilih selama dua periode.
Setiap kali kunjungannya ke daerah-daerah selalu menjadi 'rebutan' masyarakat baik bapak-bapak maupun ibu-ibu, baik tua maupun muda untuk bertemu beliau. Selalu saja ada orang baik bapak maupun ibu yang serobot masuk dalam barisan Presiden dan yang membuat para pengawalnya kewalahan.
Bahkan Joko Widodo merupakan Presiden yang sangat suka berkunjung ke Propinsi Nusa Tenggara Timur, pada hal Nusa Tenggara Timur tak ada apa-apanya, kecuali sangat terkenal sebagai Nusa Tetap Tertinggal selama bertahun-tahun sejak Indonesia merdeka.
Namun sejak Ir. H. Joko Widodo menjadi Presiden RI ke-7, memberi perhatian ke Propinsi Kepulauan ini, Nusa Tenggara Timur semakin menampakkan wajahnya yang penuh harapan. Dan seolah-olah membenarkan dan memberi harapan bahwa Propinsi Nusa Tenggara Timur betul-betul akan menjadi Propinsi Nanti Tuhan Tolong.
Selain itu, banyak gebrakan yang dibuat oleh Joko Widodo dengan lebih memberi perhatian pada pembangunan infrastruktur khususnya di Indonesia bagian Timur. Karena beliau tahu bahwa selama hampir 50 tahun lebih seluruh perhatian pembangunan lebih kepada Indonesia bagian Barat bahkan bersifat Jawasentris.
Sehubungan dengan pesan politik yang disampaikan Presiden Joko Widodo melalui acara  sukarelawan Jokowi yang dilakukan di Gelora Bung Karno (GBK) pada Sabtu, 26 November 2022 menarik perhatian berbagai pihak untuk menafsirkannya. Dan karena beliau sebagai Petahana, apapun yang beliau katakan atau lakukan akan menimbulkan aneka tafsiran.Â
Menurut saya, ada sekurang-kurangnya tiga kelompok masyarakat yang akan berusaha untuk selalu menafsirkan apapun kata dan apapun gerak-gerik yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo, yaitu:
Pertama, Kelompok Para Pengamat Politik.