Bagi masyarakat petani Timor, apabila hujan turun terus menerus membasahi tanah, tetapi belum terdengar bunyi guntur, mereka tidak percaya bahwa musim hujan sekaligus musim tanam sudah tiba. Menurut pandangan mereka atau semacam kearifan lokal bahwa hujan yang turun pada bulan September atau Oktober itu bukan berhubungan dengan musim tanam, tetapi hujan itu datang untuk menggugurkan dedaunan dan mengeringkan sumber-sumber air.
Hujan pada bulan itu (September/Oktober) tanpa diikuti dengan Ken neno dan Lotos itu akan berhenti beberapa waktu. Kemudian akan datang lagi baru pertanda boleh menanam.
Menurut kepercayaan para petani tradisional, kalau pada saat puncak musim kemarau dan mereka membakar belukar atau hutan yang telah mereka tebang/tebas, dan tiba-tiba saja terdengar guntur, mereka akan berteriak, tandanya musim hujan telah tiba. Dan pada saat itu, kalau ada petani yang pulang dari membakar belukar yang telah ditebas, ia akan disambut oleh orang-orang sekampungnya dan berusaha menyiramnya dengan air. Hal ini pertanda bahwa kebun barunya itu siap untuk ditanam, karena musim hujan telah tiba.
Ketiga, Bobo Mpoe'(bahasa Dawan/Uab Meto) artinya Laron mulai keluar.Â
Ada lagi satu keyakinan masyarakat petani Timor sebagai pertanda musim hujan sebagai musim tanam telah tida, hal itu ditandai dengan munculnya 'Bobo' atau laron yang banyak. Munculnya laron yang banyak, tandanya hujan tidak akan berhenti lagi. Jadi silahkan tanam kebun atau ladangmu. Jangan lagi tidak percaya, tetapi percaya bahwa musim tanam telah tiba.
Bagaimana mendamaikan antara prediksi BMKG dan Kearifan Lokal ini?
1) Musim tanam di Timor hanya satu kali. Hal inilah yang sungguh diyakini oleh para petani tradisional Timor untuk berhati-hati membaca tanda-tanda zaman atau musim agar tidak salah. Sebab benih yang disiapkan secara khusus pada musim panen yang lalu, hanya satu kali untuk tanam. Jadi kalau salah menentukan musim tanam, maka kemudian tidak ada lagi benih untuk ditanam. Karena itu para petani Timor sangat memperhatikan ketiga tanda alam itu dalam menentukan musim tanam.
Apakah pera petani Timor menentang ramalan atau prediksi BMKG? Â Jawabnya: Tidak!Â
Mereka taat pada ramalan itu bahwa hujan akan turun, tetapi soal waktunya untuk menanam, itulah yang mereka  harus sesuaikan dengan waktunya mereka.
2) Â Pihak BMKG membuat prediksi berdasarkan perhitungan ilmiah. Sedangkan para petani Timor berdasarkan kearifan lokal dan pengalaman yang telah dijalani para nenek moyang mereka selama berabad-abad. Apa yang diprediksi oleh BMKG, tentu saja berguna untuk membantu mewaspadai kemungkinan-kemungkinan yang terjadi seperti bencana banjir dan lain-lain.
Lantas apa yang harus dilakukan ke depan?