Liturgi Malam Paskah atau Hari Sabtu Suci unik.
Mengapa dikatakan unik? Dikatakan unik karena liturgi pada Malam Paskah ini sangat berbeda dengan liturgi pada hari-hari lainnya selama tri hari suci.Â
Selain liturgi malam Paskah dipenuhi dengan simbol-simbol seperti api, air dan cahaya; liturgi malam Paskah juga diiringi dengan musik yang meriah. Sangat berbeda dengan liturgi Jumat Agung!
Sesuai tradisi Gereja, hari Sabtu Suci disebut juga Vigili Paskah yang artinya berjaga-jaga atau bersiap untuk merayakan Paskah, disebut juga Tirakatan Kebangkitan Tuhan.Â
Karena itu, pada malam Paskah atau Sabtu Suci, umat kristiani diminta untuk berjaga-jaga bersama dengan Yesus, sebagaimana pertanyaan Yesus kepada Petrus di taman Getsemani: "Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku? Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah"Â (Mat 26: 40-41).
Pada malam Paskah, umat kristiani bersiap-siap dalam sukacita menantikan peralihan Yesus dari kematian menuju kebangkitan. Karena itu liturgi malam Paskah terdiri dari empat (4) bagian besar yaitu:
Pertama adalah Upacara Cahaya.
Upacara Cahaya ini diawali dengan pemberkatan api baru.Â
Pada Sabtu sore menjelang perayaan, petugas menyalakan api baru dengan menggunakan sumber api yang baru pula. Sesuai tradisi setempat, biasanya menggunakan alat gesek dari batu dan mesiu yang dapat menimbulkan api. Lalu api baru dinyalakan, dengan menggunakan kayu api pilihan yang dapat menghasilkan arang yang bermutu untuk mengisi pendupaan dan menyalakan lilin paskah.
Selanjutnya, api baru diberkati yang ditandai dengan penyalaan Lilin Paskah. Lilin Paskah biasanya berupa sebatang lilin besar, panjang, berwarna putih yang dihiasi dengan tulisan dan angka sesuai tahun bersangkutan.
Setelah pemberkatan api baru, Lilin Paskah dihiasi dengan lima kemenyan dan paku yang melambangkan lima luka Yesus. Imam atau Diakon yang memimpin upacara cahaya itu menggoreskan tanda-tanda pada lilin itu disertai kata-kata:Â