Nah, sekarang baru kutahu mengapa kedelai langka di tanah air kita?
Gakoptindo atau Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia memprediksi bahwa produksi tahu tempe di Indonesia makin menurun karena akibat  dampak PPKM sejak  akhir Juni 2021.  Menurut Aip Syarifudin sebagaimana diberitakan Tempo.co produksi tahu dan tempe pada tahun 2021 hanya mencapai 3 juta ton dibandingkan dengan realisasi produksi tahu tempe pada tahun 2020 yang mencapai 3,3 juta ton.
"Kenaikan harga kedelai, ikut melengkapi penurunan daya beli masyarakat saat ini", kata Ketua Umum Gakoptindo itu.
Untuk itu, ke depan kita perlu mendorong masyarakat kita khususnya para petani kedelai untuk semakin meningkatkan produksi kedelainya, dengan melakukan intensifikasi pertanian kedelai. Sebab, industri tahu tempe nasional mengonsumsi sekitar 3 juta ton kedelai pertahunnya. Dan dari konsumsi 3 juta ton kedelai itu, sekitar 2,7 juta ton berasal dari import, hanya sekitar 0,3 juta ton saja yang berasal dari dalam negeri.Â
Langkah berikutnya adalah mendorong semakin banyak keluarga untuk meningkatkan konsumsi tahu tempe. Selain dikonsumsi langsung sebagai lauk pauk, juga berbagai olahan tahu tempe lainnya, terutama di daerah-daerah dengan prosentasi stunting yang masih tinggi seperti di NTT.Â
Bukankah dengan semakin banyak mengonsumsi tahu tempe dapat mengurangi atau menurunkan angka stunting tersebut. Â Sebab kita tahu semua kandungan gizi yang berhubungan dengan pencegahan stunting, hampir semuanya ada dalam tahu tempe. ***
Atambua, 17.03.2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H