Tahun Pelajaran 2021/2022 akan segera berakhir. Sudah menjadi kebiasaan yang umum di Indonesia bahwa ketika memasuki tahun ajaran baru semua orang, Â khususnya para pelajar disibukkan dengan pemilihan jurusan untuk masuk kuliah.Â
Kalau yang biasa namanya kuliah, tentu bukan saja anak atau siswa, tetapi orang tua juga berkepentingan. Asal saja jangan orang tua memaksakan anak untuk mengikuti  pilihannya. Hal itu tentu saja kemudian akan berdampak pada anak.
Untuk itu sangat diharapkan agar orang tua boleh berperan memberi pertimbangan, tetapi anak sendirilah yang menentukan pilihannya sesuai dengan kemampuan dan bakat yang dimiliki anak.
Banyak anak yang kemudian dengan terpaksa mengikuti kemauan bahkan 'ambisi' orang tuanya dalam memilih jurusan kuliah bagi anak, sehingga pada akhirnya ada anak yang kemudian gagal menyelesaikan kuliahnya, atau kalau tidak, terpaksa menambah waktu lebih lama.
Harus diakui bahwa dewasa ini ada banyak kemudahan dalam memilih dan menentukan jurusan atau lembaga yang ingin dimasuki. Karena adanya tawaran-tawaran seperti adanya lembaga yang memberikan beasiswa, juga lembaga dengan ikatan kerja, dan lain-lain. Selain itu, bagi siswa yang berprestasi memang tidak ada kesulitan, karena biasanya mereka sudah mendapatkan tawaran untuk masuk Perguruan Tinggi Negeri melalui jalur khusus yaitu dengan seleksi bibit unggul berprestasi (SBUB).
Ada juga yang harus mengikuti tes masuk Perguruan Tinggi yang namanya SMBPTN atau Seleksi Masuk Bersama Perguruan Tinggi Negeri. Tentu harus bersiap-siap untuk mengikuti ujian tulis yang berbasis komputer. Selain itu dengan persaingan yang sangat ketat dan keras, karena banyaknya jumlah tamatan SMA/SMK yang hampir tak sebanding dengan jumlah PTN di Indonesia dan daya tampungnya.
Data menunjukkan bahwa hanya sekitar 20-30% mereka yang mengikuti tes yang akhirnya lolos dalam Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri itu karena ketatnya tes, banyaknya peminat dan terbatasnya jumlah PTN serta daya tampung kampus yang ada.
Memang seharusnya semua siswa yang lulus SMA/SMK pada suatu periode tertentu dapat diterima di PTN karena semua warga negara memiliki hak yang sama untuk menikmati kuliah pada fasilitas negara, dengan biaya yang lebih murah, namun dengan mutu atau kualitas yang hebat. Tapi tentu kita tidak bisa memaksakan diri karena alasan-alasan sebagaimana disebutkan tadi.
Berhadapan dengan suka duka tersebut, para tamatan SMA/SMK tidak boleh putus asa karena tidak diterima di PTN. Masih ada harapan yang bukan sekedar harapan palsu. Tetapi betul-betul harapan yang bermakna. Â Anda tentu tidak perlu mengikuti berbagai tes seperti telah diutarakan tadi, bila tidak ingin masuk ke Perguruan Tinggi Negeri. Ada juga pilihan lain, yang tentu saja lebih menguras dompet karena lebih mahal. Misalnya pilihan untuk kuliah di Luar Negeri atau memilih Perguruan Tinggi Swasta yang bermutu.
Kita berharap semua mereka yang akhirnya lolos memilih jurusan untuk kuliah, entah diterima di PTN atau di PTS dapat mengikuti perkuliahan dengan sebaik-baiknya, sehingga pada akhirnya mereka dapat menyelesaikan kuliahnya pada waktunya dan memperoleh prestasi yang memuaskan baik bagi dirinya maupun keluarga dan terutama bagi negara.
Secara khusus mereka yang lolos melalui SBUB, tentu dengan harapan yang lebih besar. Apalagi mereka yang dengan ikatan dinas dari lembaga atau departemen tertentu, bahkan ada yang katanya sudah menrima 'gaji' sejak mulai masuk kuliah. Mereka yang lulus melalui SMBPTN tentu harus menunjukkan tekad yang lebih besar untuk menyelesaikan perkuliahan pada waktunya dengan prestasi tertentu.