Pertanyaannya, apakah Ume Suba masih bisa dipertahankan sekarang? Kalau saya menyaksikan dari dekat hampir di seluruh wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara, Ume Suba masih ada, namun tidak lebih dari 100-an rumah. Dari jumlah ini, fungsinya pun sudah berubah. Bukan lagi sebagai rumah tinggal, tetapi dijadikan sebagai rumah adat. Artinya hanya dipakai sesewaktu bila ada urusan adat. Mengapa demikian?
Dari pertimbangan medis. Umumnya masyarakat sudah semakin sadar akan kesehatan sehingga orang lebih banyak menempati rumah yang lain selain Ume Suba. Selain itu, kelangkaan Ume Suba juga karena bahan dasar untuk membuat rumah (Ume Suba) semakin langka, seperti alang-alang yang dipakai untuk atap; tiang dari kayu bulat juga semakin berkurang; tali yang dipakai untuk mengikat alang-alang itu dari tali hutan juga sudah tiada.Â
Atas dasar itu Ume Suba beralihfungsi menjadi semata-mata sebagai rumah adat.
Maka program pemerintah dengan Rumah Swadaya Pemerintah harus bisa membantu masyarakat Timor keluar dari persoalan rumah, dengan tetap melestarikan Ume Suba sebagai peninggalan sejarah sebagai rumah adat Atoin Meto.
Dari Ume Suba menuju Rumah Swadaya Pemerintah. Dari rumah tidak layak huni (RTLH) menjadi rumah layah huni (RLH). ***
Atambua, 06.01.2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H