Seorang Pastor sudah berusia 80-an tahun. Pimpinan Provinsi memintanya untuk segera bergabung di komunitas atau Rumah Jompo. Dengan berbagai alasan sang pastor menimpal: "Saya tidak mau masuk rumah jompo. karena masuk rumah jompo artinya mempercepat waktu kematian saya. Karena tinggal di rumah jompo itu bukanlah budaya kita", katanya memberi alasan. Beliau lebih memilih untuk tetap tinggal bersama di komunitasnya selama ini.Â
Saya juga pernah secara blak-blakan menyampaikan kepada ibu mertua saya supaya kalau sudah tua, sebaiknya tinggal di rumah jompo bersama oma opa yang lain di sana. Tetapi sang mertuaku menimpal, katanya, "Saya lebih senang tinggal bersama anak-anak dan cucu saya, supaya kami saling memperhatikan dan dengan itu menambah sukacita!"Â
Sebagai orang Timor yang sangat memperhatikan dan menghormati orang tua, saya menyaksikan banyak orang tua ketika di masa tua mereka lebih suka berada di tengah-tengah keluarga bersama anak-anak dan cucu cece mereka.Â
Demikian pun banyak anak dan cucu tidak rela, kalau orang tua mereka harus dititipkan di rumah jompo. Sebaik apapun rumah jompa dengan segala fasilitas dan suasananya, tak sebanding dengan rumah sendiri dan di kelilingi anak-anak dan cucu. Biarpun orang tua tersebut tidak punya anak kandung, pun selalu ada keponakan atau kemenakan yang bersedia menjaga dan merawat ketika sudah tua.Â
Berikut ini beberapa untuk merawat orang tua kita kalau mereka sudah jompo:
Satu: Perlakukanlah mereka sebagaimana mereka telah memperlakukan kita ketika kita masih kecil. Tidak ada orang tua yang membiarkan anaknya menderita pada waktu masih kecil. Sebaliknya mereka dengan penuh perhatian menjaga dan merawat kita. Maka sebagai balasan kita yang mungkin tidak setimpal atau sebanding dengan kesulitan mereka dulu,kita juga perlu memperlakukan mereka dengan sebaik-baiknya.
Dua: Apabila mereka sudah tua dan sakit-sakitan, mungkin stroke dan kita tak punya waktu untuk mengurus mereka karena kesibukan tugas dan lain-lain, siapkanlah seorang anak yang lain untuk bergantian mengatur mereka. Bila memungkinkan hubungilah seorang perawat atau petugas medis untuk menanganinya.
Tiga: Ajak dan bawalah mereka sesekali untuk mengunjungi kerabat atau anak yang lain. Suatu waktu, kami membawa Ibu kami yang sudah jompo mengunjungi saudaranya yang juga jompo. Betapa bahagianya mereka berdua. Saya menyaksikan dengan penuh haru. Walaupun tanpa kata, namun saya melihat seolah-olah Ibu berkata,  "Sekarang Tuhan biarkanlah hambaMu ini berpulang dalam damai  sejahtera....." (Luk 2: 29). Sebagaimana diungkapkan oleh Simeon ketika berjumpa dengan Tuhan.
Keempat: Perlakukan mereka sebagai Tamu Allah. Hanya seperti itu sajalah kita yang merawat mereka akan terus bertahan. Ketika mereka sudah tidak berdaya. Jangan menambah beban mereka dengan omelan dan kata-kata kasar terhadap mereka. Perlakukanlah mereka seperti kita melayani Allah sendiri.
Demikianlah beberapa tips yang dapat membantu kita merawat orang tua kita sebagai Jompo bukan di rumah Jompo, tetapi di rumah kita sendiri, bisa rumah mereka sebagai orang tua, bisa rumah anak, atau rumah cucu. Dengan memperlakukan mereka sebaik-baiknya sambil menantikan saatnya Tuhan memanggil mereka kembali ke rumah-Nya yang abadi.
Atambua, 8 November 2021